Untuk mencapai
Hadlirat Ilahi, seseorang mesti menjaga diri dari makanan
yang tidak halal. Makanan
yang tidak halal akan mengeraskan
dan mematikan
hati.
Ia juga menyebabkan terhijabnya manusia
untuk masuk dalam Hadlirat Ilahi.
Imam Abu Hanifah
pernah berkata, "Seandainya seseorang terus beribadah
kepada
Allah sehingga seperti tonggak, namun
ia tidak perduli makanan apa yang
masuk dalam perutnya; halal atau tidak, maka semua ibadahnya sia-sia.
Tidak
diterima".
Abu Ishaq Ibrahim ibn Adham menyatakan, yang terpenting seseorang
harus meneliti dan membersihkan makanannya dari makanan yang tidak halal.
Setelah itu, tidak ada lagi beban, walau tidak berpuasa disiang hari dan tidak
bangun malam.
Makanan adalah sesuatu
yang sangat penting dalam keselamatan dan
kehidupan
ruhani manusia. Abu Bakar At-Turmudzi menyatakan,
seseorang tidak
akan
terhalang maksudnya kepada Allah kecuali
dengan tiga masalah;
1. Menggunakan
hujjah pada sesuatu yang sebenarnya
tidak bisa
digunakan.
2. Tergesa-gesa dalam
jalan thoriqot, karena menurutkan hawa nafsu.
3. Makan
makanan haram dan subhat).
Makanan yang tidak halal membawa pengaruh yang sangat besar. Imam
Sahal menyatakan, orang yang makan makanan tidak halal tidak akan terbuka
hijab
hatinya. Sholat, puasa dan sedekahnya tidak diterima oleh Tuhan. Bahkan,
dengan makanannya
itu, ia akan cepat mendapatkan siksanya.
Sedang Ali Al-
Khowash menyatakan, beribadah dengan modal makanan tidak halal adalah
seperti merpati yang mengerami telur busuk. Berarti menyusahkan diri sendiri
dengan diam lama ditempat itu, padahal
tidak akan ada satupun telur yang
menetas. Sebaliknya, yang keluar justru barang
busuk.
Selain itu, makanan yang tidak halal akan berubah
menjadi api yang
membakar ketajaman berfikir,
menghilangkan kenikmatan dzikir, membakar
kesucian niat, membutakan mata hati, merapuhkan agama, menghalangi
datangnya makrifat
dan hikmah, dan lain-lain.
"Secara umum, segala bentuk kemaksiatan yang dilakukan manusia,
pada
dasarnya, adalah disebabkan makanan
yang masuk dalam perutnya. Karena itu, siapa
yang
makan makanan tidak halal kemudian berniat melakukan ketaatan, maka itu sama
artinya
dengan mengharapkan sesuatu yang mustahil".
Sebagai perbandingan dengan makanan yang halal, Ali Al-Khowas
menyatakan, seseorang yang makan makanan halal, hatinya
menjadi lunak, tipis
dan bersinar.
Sedikit tidurnya dan tidak terhalang hatinya
untuk masuk dalam
Hadlirat Ilahi. Sebaliknya, orang yang makan makanan tidak halal, anggota
badanya cenderung mudah melakukan maksiat.
Sedemikian, sehingga Allah
Page
16 of 38
memberi rahmat dengan tidur agar ia bisa istirahat dari perbuatan maksiatnya,
sebagaimana Allah memberikan
anugerah kepada
mereka yang taat dengan
makanan halal agar bisa bangun malam
dan ibadah kepada-Nya.
Sufyan berkata,
"Carilah makanan halal dan hindari
yang haram. Saya
sendiri,
ketika makan makanan yang halal kemudian membaca
Alqur'an, terbukah
bagiku 70 macam ilmu. Sebaliknya, ketika ikut makan orang yang tidak meneliti
makanannya, tidak satupun ilmu yang
terbuka bagiku".
Bila seseorang terlanjur kemasukan makanan haram, segeralah berusaha
untuk memuntahkannya.
Bila tidak bisa, segera beristighfar dan bertaubat kepada
Tuhan.
Diantara
tanda-tanda bahwa makanan yang telah masuk dalam perut tidak
halal,
adalah munculnya rasa gelap dalam hati, merasa berat
(malas) ketika akan
beribadah,
malas bangun malam, badan menjadi
tidak enak tanpa diketahui sebab
musababnya, dan lain-lain.
Karena
itu, seseorang senantiasa harus meneliti dan menjaga makanannya.
Tidak
bisa ikut makan makanan yang belum jelas --apalagi yang
telah jelas haram-
- hanya karena sungkan atau takut pada orang yang memberi. Inilah yang sering
dilupakan orang-orang sekarang. Mereka, dengan mudah ikut makan makanan
yang belum
jelas, dengan alasan takut menyinggung perasaan orang yang memberi.
Kondisi itu, sebenarnya, sama artinya
dengan seorang pemuda yang ikut
mabuk bersama
teman-temannya dengan alasan
solidaritas teman. Ini alasan yang
tidak bisa diterima. Kita tetap harus menghajarnya
dan menghukuminya sebagai
orang fasik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar