Jumat, 18 Januari 2013

MEMPERBANYAK ISTIGHFAR


Diriwayatkan, Rasul membaca istighfar sampai 70 kali dalam sehari
semalam.
"Sungguh, aku beristighfar dan meminta ampun kepada Allah, 70 kali sehari".
"Hatiku selalu tertindih dan aku selalu meminta ampun kepada Allah 100 kali
(sehari)".
Berdasar hal itu, Abu Hasan As-Syadzili memerintahkan para muridnya
untuk senantiasa beristighfar kepada Allah. Bisa dibayangkan, Rasul yang maksum
(terjaga dan diampuni dosanya) beristighfar sebanyak itu, bagaimana dengan kita
yang tidak terjaga? Mestinya harus lebih banyak dari itu.
Waktu beristighfar, pertama, pagi dan sore hari. Diriwayatkan, setiap hari
malaikat pencacat amal manusia senantiasa naik membawa laporan. Allah tidak
melihat apa yang ada didalamnya, kecuali pada awal dan akhir catatan. "Benar-
benar Aku ampuni dosa hamba-Ku yang tercatat diantara awal dan akhir catatan
ini". Maka, sungguh beruntung mereka yang dalam buku catatannya banyak
dijumpai permohonan maaf (istighfar).
Kedua, saat dilanda kesulitan dalam soal ekonomi. Diriwayatkan,
"Siapa yang membiasakan diri membaca istighfar, akan diberikan jalan keluar
dari setiap kesempitan, diberikan kelapangan dari setiap kesusahan dan diberikan rizqi
dari setiap arah yang tidak terduga".
Ketiga, saat terjerumus dalam perbuatan maksiat dan dosa. Diriwayatkan,
bahwa malaikat penulis amal tidak langsung mencatat dosa seseorang; ditunggu
sampai beberapa saat. Bila orang tersebut sadar dan mau segera meminta ampun
kepada Tuhan, maka akan diampuni dosanya (tidak dicatat kesalahannya) dan
diakherat tidak akan disiksa.
Keempat, sehabis melakukan segala perbuatan baik. Hal ini dimaksudkan
untuk menyadarkan manusia, bahwa apa yang dilakukan belum tentu sempurna.
Mungkin masih banyak kesalahan, kekurangan dan cacat; karena tidak khusyuk,
bercampur riya, ujub, sombong dan lain-lain. Rasul sendiri selalu membaca
istighfar 3 kali begitu selesai melaksanakan sholat fardlu.
Demikianlah, setiap orang hendaknya selalu meminta ampun kepada Allah
(memperbanyak istighfar); siang dan malam, setelah mengerjakan dosa atau tidak.
Sehingga, ia bisa sedikit lega dari kemungkinan turunnya siksa atau adzab. Allah
berfirman;
"Allah tidak akan menyiksa mereka yang senantiasa meminta ampun" (Al-
Anfal, 33).

Catatan:
Selain orang yang terjerumus dalam dosa, orang yang dianggap baik oleh
masyarakat padahal sebenarnya tidak demikian, ia harus juga banyak beristighfar.
Harus banyak minta ampun kepada Allah, karena ia --secara tidak langsung--


Page 30 of 38

berarti telah "mengelabui" masyarakat; tidak sesuai dengan yang mereka ketahui
dan perkirakan.
Para ulama menyatakan, sejelek-jelek manusia adalah orang yang dianggap
baik oleh masyarakat, padahal yang ada sebenarnya tidak demikian. Ia senang
dipuji, tetapi tidak mau meneliti dan menyadari kekurangannya sendiri.
Orang yang baik tidak demikian. Ia tahu dan sadar akan kelebihannya,
tetapi juga sadar akan kelemahan dan kekurangannya. Sedemikian, sehingga bisa
melihat dan menempatkan dirinya secara proporsional; tidak terlalu disanjung,
tetapi juga tidak diremehkan. Ia selalu beristighfar terhadap kesalahan dan
kekurangannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar