Diriwayatkan,
Rasul membaca istighfar sampai 70 kali dalam sehari
semalam.
"Sungguh, aku beristighfar
dan meminta ampun kepada Allah, 70 kali sehari".
"Hatiku selalu tertindih dan aku selalu meminta ampun kepada Allah 100 kali
(sehari)".
Berdasar hal itu, Abu Hasan As-Syadzili memerintahkan para muridnya
untuk
senantiasa beristighfar kepada Allah.
Bisa dibayangkan, Rasul yang maksum
(terjaga dan diampuni dosanya) beristighfar sebanyak itu, bagaimana dengan kita
yang tidak terjaga? Mestinya harus
lebih banyak dari itu.
Waktu beristighfar, pertama, pagi dan sore hari. Diriwayatkan, setiap hari
malaikat pencacat amal manusia senantiasa naik membawa laporan. Allah tidak
melihat apa yang ada didalamnya, kecuali pada awal dan akhir catatan.
"Benar-
benar
Aku ampuni dosa hamba-Ku yang
tercatat diantara awal dan akhir catatan
ini". Maka, sungguh beruntung mereka yang dalam buku catatannya
banyak
dijumpai permohonan
maaf (istighfar).
Kedua,
saat dilanda kesulitan dalam soal
ekonomi. Diriwayatkan,
"Siapa yang membiasakan diri membaca istighfar, akan diberikan jalan keluar
dari setiap kesempitan, diberikan
kelapangan dari setiap kesusahan dan diberikan rizqi
dari
setiap arah yang tidak terduga".
Ketiga, saat terjerumus dalam perbuatan
maksiat dan dosa. Diriwayatkan,
bahwa malaikat
penulis amal tidak langsung mencatat dosa seseorang; ditunggu
sampai beberapa saat. Bila orang tersebut
sadar dan mau segera meminta ampun
kepada Tuhan, maka akan diampuni dosanya
(tidak dicatat kesalahannya) dan
diakherat
tidak akan disiksa.
Keempat, sehabis melakukan segala perbuatan
baik. Hal ini dimaksudkan
untuk menyadarkan manusia, bahwa apa yang dilakukan belum tentu sempurna.
Mungkin masih banyak kesalahan, kekurangan dan cacat; karena tidak khusyuk,
bercampur riya, ujub, sombong dan lain-lain. Rasul sendiri
selalu membaca
istighfar 3
kali begitu selesai melaksanakan sholat fardlu.
Demikianlah, setiap orang hendaknya selalu meminta ampun kepada Allah
(memperbanyak
istighfar); siang dan malam, setelah mengerjakan dosa atau
tidak.
Sehingga, ia bisa sedikit
lega dari kemungkinan turunnya siksa atau adzab. Allah
berfirman;
"Allah tidak akan menyiksa
mereka yang senantiasa meminta ampun" (Al-
Anfal,
33).
Catatan:
Selain orang yang terjerumus dalam dosa, orang yang dianggap baik oleh
masyarakat padahal sebenarnya tidak demikian, ia harus juga banyak beristighfar.
Harus banyak minta ampun kepada Allah, karena ia --secara tidak langsung--
Page
30 of 38
berarti telah "mengelabui" masyarakat; tidak sesuai dengan yang mereka ketahui
dan
perkirakan.
Para
ulama menyatakan, sejelek-jelek manusia
adalah orang yang dianggap
baik oleh masyarakat, padahal yang ada sebenarnya tidak demikian. Ia senang
dipuji,
tetapi tidak mau meneliti dan menyadari kekurangannya
sendiri.
Orang yang baik tidak demikian. Ia tahu dan sadar akan kelebihannya,
tetapi
juga sadar akan kelemahan dan kekurangannya. Sedemikian,
sehingga bisa
melihat dan menempatkan dirinya secara proporsional; tidak terlalu disanjung,
tetapi juga tidak diremehkan. Ia selalu beristighfar terhadap kesalahan
dan
kekurangannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar