Pernah ditanyakan kepada Rasul, "Siapa manusia yang paling utama".
"Mereka adalah orang yang berjuang dengan jiwa dan hartanya"), jawab Rasul.
"Kemudian siapa?". "Laki-laki yang menyendiri
dalam lereng-lereng gunung
untuk
beribadah
kepada Allah" (HR. Bukhori Muslim).
Uzlah
adalah menyendiri dan menjauhi keramaian masyarakat.
Tujuannya,
agar tidak terpengaruh akan segala dampak buruk dari bergaulan. Model uzlah
seperti ini mengandung banyak kebaikan; dunia maupun akherat.
As-Sirry
menyatakan, siapa yang ingin selamat agamanya, ringan bebannya dan sedikit
susahnya,
hendaknya menghindarkan diri dari pengaruh
jahat manusia (uzlah).
Pernyataan
itu dikuatkan oleh sebuah hadits;
"Akan datang suatu masa dimana seseorang
sulit melaksanakan ajaran
agamanya dengan baik, kecuali
dengan lari ke desa-desa, ke gunung-gunung atau ke
gua-gua
seperti musang yang menggali tanah"
(Hadist).
Kenyataannya,
pergaulan memang banyak mendatangkan dampak
negatif,
selain yang baik. Belum pernah terjadi suatu peperangan, fitnah dan malapeta
kecuali timbul karena --salah--
pergaulan. Karena itu, untuk pertama kalinya,
seorang murid
harus melakukan uzlah untuk kemudian berkholwat).
Akan tetapi,
hal itu bukan berarti seseorang
yang melakukan uzlah mesti
memutuskan hubungan kekeluargaan dan kemasyarakatan. Muhammad ibn Al-
Munir menyatakan,
tidak benar orang yang melakukan
uzlah kemudian
memutuskan hubungan kekeluargaan dan kemasyarakatan. Sebaliknya, justru
dengan uzlah seseorang harus semakin merapatkan barisan dan semakin
mempererat hubungan sesama muslim. Sebab, terjadinya hubungan sesama
manusia, pada dasarnya
adalah lebih disebabkan karena adanya persamaan nilai,
perasaan
dan tujuan. Dikatakan dalam sebuah
hadits,
"Ruh manusia --dalam alam
ruh-- terdiri atas banyak golongan. Bila telah saling
mengenal, maka --di dunia--
akan hidup rukun. Bila bertentangan, akan timbul
perselisihan" (Al-Hadits).
Namun demikian, persoalan uzlah ini perlu dilihat dalam konteks
yang
lebih maslahah.
Maksudnya, uzlah bukan berarti mesti lebih baik
dari bercampur
dengan masyarakat;
begitu juga sebaliknya. Hanya saja, pada akhir kehidupannya,
seorang yang
arif hendaknya melakukan uzlah sebagaimana
yang dilakukan Rasul
setelah turun surat An-Nashr,
agar ia lebih bisa tenang dan khusyuk
dalam
melakukan pendekatan kepada Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar