Jumat, 18 Januari 2013

MELAKUKAN UZLAH


Pernah ditanyakan kepada Rasul, "Siapa manusia yang paling utama".
"Mereka adalah orang yang berjuang dengan jiwa dan hartanya"), jawab Rasul.
"Kemudian siapa?". "Laki-laki yang menyendiri dalam lereng-lereng gunung untuk
beribadah kepada Allah" (HR. Bukhori Muslim).
Uzlah adalah menyendiri dan menjauhi keramaian masyarakat. Tujuannya,
agar tidak terpengaruh akan segala dampak buruk dari bergaulan. Model uzlah
seperti ini mengandung banyak kebaikan; dunia maupun akherat. As-Sirry
menyatakan, siapa yang ingin selamat agamanya, ringan bebannya dan sedikit
susahnya, hendaknya menghindarkan diri dari pengaruh jahat manusia (uzlah).
Pernyataan itu dikuatkan oleh sebuah hadits;
 "Akan datang suatu masa dimana seseorang sulit melaksanakan ajaran
agamanya dengan baik, kecuali dengan lari ke desa-desa, ke gunung-gunung atau ke
gua-gua seperti musang yang menggali tanah" (Hadist).
Kenyataannya, pergaulan memang banyak mendatangkan dampak negatif,
selain yang baik. Belum pernah terjadi suatu peperangan, fitnah dan malapeta
kecuali timbul karena --salah-- pergaulan. Karena itu, untuk pertama kalinya,
seorang murid harus melakukan uzlah untuk kemudian berkholwat).
Akan tetapi, hal itu bukan berarti seseorang yang melakukan uzlah mesti
memutuskan hubungan kekeluargaan dan kemasyarakatan. Muhammad ibn Al-
Munir menyatakan, tidak benar orang yang melakukan uzlah kemudian
memutuskan hubungan kekeluargaan dan kemasyarakatan. Sebaliknya, justru
dengan uzlah seseorang harus semakin merapatkan barisan dan semakin
mempererat hubungan sesama muslim. Sebab, terjadinya hubungan sesama
manusia, pada dasarnya adalah lebih disebabkan karena adanya persamaan nilai,
perasaan dan tujuan. Dikatakan dalam sebuah hadits,
"Ruh manusia --dalam alam ruh-- terdiri atas banyak golongan. Bila telah saling
mengenal, maka --di dunia-- akan hidup rukun. Bila bertentangan, akan timbul
perselisihan" (Al-Hadits).
Namun demikian, persoalan uzlah ini perlu dilihat dalam konteks yang
lebih maslahah. Maksudnya, uzlah bukan berarti mesti lebih baik dari bercampur
dengan masyarakat; begitu juga sebaliknya. Hanya saja, pada akhir kehidupannya,
seorang yang arif hendaknya melakukan uzlah sebagaimana yang dilakukan Rasul
setelah turun surat An-Nashr, agar ia lebih bisa tenang dan khusyuk dalam
melakukan pendekatan kepada Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar