Kamis, 17 Januari 2013

Doa Bersama


Ada seorang teman yang sekarang tinggal di Bandung sebagai kiai muda, curhat
kepada saya melalui SMS, bahwa ada sekelompok aliran di daerahnya, ketika
selesai shalat, mereka tidak mau berdoa bersama dengan dipandu seorang
imam. Alasan mereka, hal itu tidak ada haditsnya dan termasuk bid'ah. Hal yang
sama juga terjadi pada saya.

Dalam sebuah diskusi tentang bid'ah dan tradisi, di Mushalla Nurul Hikmah,
Perum Dalung Permai Denpasar, pada 22 Juli 2010 yang lalu, ada seorang
Salafi yang berpendapat bahwa doa bersama itu bid'ah. Ketika salah seorang
teman kami berdoa sebagai penutup acara, jamaah yang hadir semuanya
mengucapkan amin sambil mengangkat kedua tangan mereka. Sementara laki-
laki Salafy yang menolak doa bersama tersebut, tidak ikut amin dan tidak
mengangkat kedua tangannya.

Pada dasarnya, kalau kita mengkaji ajaran Islam secara mendalam, akan kita
dapati bahwa tradisi doa bersama, di mana salah seorang dari jamaah
mengucapkan doa, sedangkan anggota jamaah lainnya membaca amin,
merupakan tradisi Islami sejak generasi salaf yang saleh dan sesuai dengan
ajaran Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadits hasan Rasulullah SAW bersabda:






"Dari Habib bin Maslamah al-Fihri RA beliau seorang yang dikabulkan
doanya-, berkata: "Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: 'Tidak lah
berkumpul suatu kaum Muslimin, lalu sebagian mereka berdoa, dan sebagian
lainnya mengucapkan amin, kecuali Allah pasti mengabulkan doa mereka." (HR.
al-Thabarani dalam al-Mu'jam al-Kabir, dan al-Hakim dalam al-Mustadrak. Al-
Hakim berkata, hadits ini shahih sesuai persyaratan Muslim. Al-Hafizh al-
Haitsami berkata dalam Majma' al-Zawaid, para perawi hadits ini adalah para



perawi hadits shahih, kecuali Ibn Lahi'ah, seorang yang haditsnya bernilai
hasan." 

Dalam hadits lain diterangkan:
”Dari Ibn Abbas radhiyallahu 'anhuma, berkata: "Rasu/ullah SAW bersabda:
"Orang yang berdoa dan orang yang membaca amin sama-sama memperoleh
pahala." (HR. al-Dailami dalam Musnad al-Firdaus dengan sanad yang lemah).
Menurut al-Hafizh Ahmad bin al-Shiddiq al- j Ghumari dalam kitabnya al-Mudawi
li-’llal al-Jami' al- Shaghir wa Syarhai al-Munawi (juz 4 hal. 43), kelemahan hadits
al-Dailami di atas dapat diperkuat dengan ayat al-Qur'an. Allah berfirman tentang
kisah Nabi Musa AS
_
"Allah berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenankan doa kamu berdua, oleh
karena itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus." (QS. Yunus: 89).
Dalam ayat di atas, al-Qur’an menegaskan tentang dikabulkannya doa Nabi
Musa AS dan Nabi Harun AS. Padahal yang berdoa sebenarnya Nabi Musa AS
sedangkan Nabi Harun AS hanya mengucapkan amin, sebagaimana diterangkan
oleh para ulama ahli tafsir. Nabi Musa AS yang berdo’a dan Nabi Harun AS yang
menngucapkan amiin, dalam ayat tersebut sama-sama dikatakan do’a. Hal ini
pada dasarnya menguatkan hadits di atas, bahwa orang yang berdo’a dan yang
mengucapkan amin sama-sama mendapatkan pahala do’a. Mengenai doa Nabi
Musa AS tersebut, telah dijelaskan dalam ayat berikut ini:

"Musa berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada
Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam
kehidupan dunia. Ya Tuhan kami, akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari
jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasanklah harta benda mereka, dan kunci
matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan
yang pedih." (QS. Yunus: 88).
Dalam hadits lain diterangkan: ”Ya’la bin Syaddad berkata: "Ayahku bercerita kepadaku, sedangkan Ubadah bin 
al-Shamit hadir membenarkannya.: "Suatu ketika kami bersama Nabi SAW,
Beliau berkata: "Apakah di antara kamu ada orang asing? (Maksudnya ahlul-
kitab)." Kami menjawab: "Tidak ada ya Rasululah." Lalu Rasul SAW
memerintahkan agar mengunci pintu. Kemudian bersabda: "Angkatlah tangan
kalian dan ucapkan la ilaha ilallah." Maka kami mengangkat tangan kami
beberapa saat. Kemudian Rasul SAW berkata; ”Ya Allah, Engkau telah
mengutus aku membawa kalimat ini, dan Engkau janjikan surga padaku dengan
kalimat tersebut, sedangkan Engkau tidak akan menyalahi janji.” Kemudian
Rasul bersabda: "Bergembiralah, karena Allah telah mengampuni kalian." (HR.
Al-lmam Ahmad dengan sanad yang dinilai hasan oleh al-Hafizh al-Mundziri, al-
Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir dan lain-lain.)
Dalam hadits di atas Rasulullah SAW memerintahkan para sahabat membaca
kalimat tauhid (la ilaha illallah) bersama-sama. LaIu para sahabat pun
mengucapkannya bersama-sama sambil mengangkat tangan mereka..
Kemudian Rasulullah SAW membacakan doa.  Dengan demikian, dzikir bersama
sebenarnya memiliki tuntunan dari hadits shahih ini.
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa tradisi doa bersama,
dimana salah seorang di antaraa jamaah memimpin doa, sedangkan jamaah
yang lain mengucapkan amin, baik hal tersebut didahului dengan dzikir bersama
maupun tidak, pada dasamya memiliki dasar hadits yang kuat, dan bahkan
merupakan tuntunan al-Qur'an al-Karim sebagaimana yang terdapat dalam kisah
Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS.
Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar