Kamis, 06 Februari 2014

Dzikir Obat Semua Masalah

Dzikir Obat Semua Masalah

Cannabis_sativa_radix_topviewSetiap penyakit ada obatnya. Setiap masalah ada jalan keluarnya. Kalau begitu, jika secara bersamaan kita diserang banyak penyakit, akan ada banyak obat yang harus kita konsumsi. Akhirnya, mengkonsumsi banyak obat itu sendiri menjadi masalah tersendiri buat kita.
Lalu, adakah satu obat untuk semua penyakit, adakah satu jalan keluar untuk semua jenis persoalan? Ya, ada. Sebagaimana adanya satu persoalan yang dapat menyebabkan munculnya banyak persoalan lain. Misalka
n, banjir. Satu persoalan ini biasanya dapat melahirkan persoalan-persoalan seperti lumpuhnya lalulintas, lumpuhnya perekonomian, gangguan kesehatan dan lain sebagainya.
Jika dirunut sampai titik yang paling jauh, sampailah pada pertanyaan: apa satu penyebab dari seluruh persoalan umat manusia dari zaman Adam a.s hingga Hari Kiamat kelak? Jawaban pertanyaan ini akan menjadi petunjuk untuk menjawab pertanyaan pertama di atas. Ternyata, jawabannya sudah diberikan oleh Rasulullah saw melalui sabdanya:
حُبُّ الدُّنْياَ  رَأْسُ كُلِّ خَطِيْئَةٍ
Cinta dunia adalah pangkal dari semua kesalahan” (HR.Al-Baihaqî)
Jika diterapkan pada konteks sehari-hari, jawaban Nabi ini akan berbunyi misalnya: sebab cinta berlebihan pada jabatan dan kekuasaan, banyak pejabat lalai pada tugas dan janji-janjinya; saking cintanya pada uang dan popularitas, banyak artis Muslim yang rela berpenampilan/berakting seronok, meski tahu itu melanggar agama dan merusak etika masyarakat; saking cintanya pada kesuksesan dunawi, tak sedikit orang bekerja sehari-semalam dengan meninggalkan banyak kewajiban dan sunnah-sunnah agama; saking cintanya pada harta dan kekayaan, banyak orang rela melakukan segala cara tanpa peduli halal-haram atau dampak buruknya bagi orang lain ; dan seterusnya.
Saat seorang pria mabuk cinta pada gadis, misalnya, seluruh ruang hatinya akan terisi oleh sang gadis pujaan hati. Begitu pula dengan ingatannya. Maka, saat seseorang cinta berat pada dunia, ruang hati dan pikirannya akan penuh dengan: harta, jabatan, popularitas, seks, makanan, pakaian dan pernak-pernik duniawi lainnya. Dia melupakan yang lain di luar kehidupan dunia, seperti Alam Kubur, Akherat. Dia pun jauh dari mencintai dan mengingat pencipta semua alam itu, yaitu Allah SWT.
Mahabbah
Jika cinta dunia menjadi akar semua malapetaka bagi manusia, maka itulah yang harus dicerabut untuk mengakhiri semua malapetaka itu. Tapi cinta adalah fitrah manusia. Cinta tak akan hilang hingga akhir hayat. Maka yang bisa dilakukan adalah mengalihkannya, dari cinta kepada hal-hal duniawi menuju cinta kepada Allah. Saat cinta kepada Allah ini tumbuh pesat dalam qalbu, perhatian pikiran dan ingatan pun akan berbalik dari hal-hal duniawi kepada hal-hal ukhrawi seperti kematian, surga, neraka dan Allah sendiri.
Akhirnya, mengosongkan hati dari selain Allah adalah jalan keluar dari seluruh persoalan hidup. Bahkan itu menjadi kunci bahagia kelak di Akhirat. Imam Al-Ghazali berkata dalam Mukhtashar Ihyā ‘Ulūmuddīn:
اعلم اَنّ اَسْعَدَ الْخَلْق فِي الْأَخِرَة أَقْوَاهُم حُبًّا لِله تعالى
Ketahuilah, betapa makhluk yang paling bahagia kelak di Akhirat adalah yang paling besar cintanya kepada Allah ta’âlâ.”
Jika ini dilakukan secara kolektif oleh para pemimpin dan figur publik, secara teoretis banyak persoalan bangsa akan terurai. Tapi bagaimana, sementara kita masih hidup di alam dunia ini?
  Nah, cara yang paling efektif untuk “mencerabut” akar-akar cinta dunia dalam hati adalah dengan terapi dzikrûllah. Cinta dunia adalah salah satu  jenis kotoran hati. Jika dibiarkan terus-menerus, dinding hati akan tertutupi dan menjadi keras. Membiasakan dzikir, dengan lisan maupun hati, pelan tapi pasti akan membersihkan hati dan menanamkan cinta sejati kepada Sang Pencipta, Allah swt. Rasûlullâh saw bersabda:
أَنَّ لِكُلّ شَيْءٍ صَقَاَلةً وأنّ صَقالةَ القلوب ذَكْرُ الله
Setiap sesuatu pasti memiliki alat pembersih, dan pembersih qolbu adalah dzikrullah” (Hadits shahih marfu’).
Secara harfiah, kata dzikir diserap dari Bahasa Arab adz-zikr (ingatan atau keadaan/proses mengingat). Tapi para praktiknya, dzikir memiliki dua makna yang keduanya harus diamalkan.
Pertama, dzikir berarti menyebut nama Allah atau kalimat-kalimat tertentu yang merujuk kepada Allah, baik dengan lisan maupun qalbu. Dzikir ini diperintahkan Allah dalam banyak firman-Nya maupun hadits Nabi saw.
Allah swt berfirman dalam sebuah hadits qudsi:
اَنَا مَعَ عَبْدِى إِذَا هُوَ ذَكَرَنِي وَتَحَرَّكَتْ شَفَتَاه
Aku bersama hamba-Ku selama dia mengingat-Ku dan menggerakkan kedua bibirnya (menyebut nama-Ku)” (HR. Imam Ahmad).
Rasulullâh saw bersabda:
اَحَبُّ الْأَعْمَالِ اِلَى اللهِ اَنْ تَمُوْتَ وَ لِسَانُكَ رَطْبٌ مِنْ ذِكْرِ اللهِ
Aktifitas yang paling Allah cintai adalah diam, sementara lisan sibuk dengan dzikrullâh” (HR.Al-Baihaqi)
Banyak sekali ragam kalimat dzikir yang diajarkan Nabi saw, meliputi tahlil, tasbih, tahmid, takbir dan lain sebagainya. Diajarkan pula faedah-faeda serta saat-saat utama untuk melafalkannya. Contohnya:
Barang siapa mengucapkan سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ sehari seratus kali, niscaya akan dihapus dosa-dosanya meskipun sebanyak buih lautan” (HR.Muslim).
Demi Allah, sesungguhnya aku beristighfar dan bertaubat kepada-Nya dalam sehari semalam lebih dari tujuh puluh kali” (HR.Bukhori).
Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali, Allah akan membalasnya dengan sepuluh kali shalawat” (HR. Muslim dan Nasai).
Namun dari sekian macam yang ditawarkan Nabi saw, yang paling utama adalah dzikir nafî’-itsbât (لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ). Nabi saw bersabda:
أَفْضَلُ الذِّكْرِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
Zikir yang paling utama ialah kalimat لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ (HR.Tirmidzi).
Beliau juga bersabda, “Perbaharuilah iman kalian.” Para sahabat bertanya,“Bagaimana caranya Ya Rasul?” Beliau menjawab, “perbanyaklah membaca لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ” (HR.Ahmad).
Beliau tidak merinci berapa jumlah kalimat tauhid ini diucapkan dalam sehari, hanya memerintahkan untuk memperbanyaknya. Atas dasar ini, Tarekat Qādiriyyah Naqsyabandiyyah (TQN) Suryalaya menjadikan dzikir لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ sebagai dzikir harian untuk diamalkan sebanyak-banyaknya. Minimal setiap selesai shalat dibaca 165 kali dengan suara mantap dan penghayatan qalbu.
Satu lagi dzikir terbaik Nabi mengajarkan:
خَيْرُ الذِّكْرِ الْخَفِيُّ
Sebaik-baik dzikir adalah yang tersembunyi…” (HR.Ahmad).
Dalam TQN Suryalaya hadits ini dipraktekkan dalam bentuk amalan dzikir khafî, yakni dzikir yang diamalkan dalam qalbu secara terus-menerus tanpa henti.
Bersambung
Oleh.Cecep Zakarias El Bilad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar