Siapa yang tak kenal dengan Dahlan Iskan? Menteri BUMN ini sering menjadi sorotan
media
massa karena keberaniannya dalam berkata, bertindak dan bersikap yang
membuat gerah pihak-pihak tertentu namun disukai masyarakat karena ia
dikenal dekat dengan rakyat kecil, santun dan murah senyum. Begitu
popular dirinya, dalam berbagai survey mengenai calon presiden RI untuk
pemilu tahun 2014 mendatang namanya selalu masuk nominasi. Namun
bagaimana kelengkapan riwayat hidup dari sosok CEO Surat Kabar
Jawa Pos dan Jawa Pos
News Network
yang bermarkas di Surabaya ini? Dan amalan apa yang ia lakukan sehingga
dapat menjadi sosok yang sukses dan berani seperti sekarang ini?.
Dikarenakan Dahlan Iskan adalah seorang pengikut tarekat yang berkibar
di pentas nasional, Redaksi akan mengulasnya untuk Anda sekalian yang
datanya berasal dari berbagai sumber. Semoga kisahnya dapat menjadi
inspirasi bagi kita, para pengikut tarekat.
Riwayat Hidup
Dahlan Iskan lahir tanggal 17 Agustus 1951 di Magetan, Jawa Timur.
Tanggal lahirnya ia karang sendiri agar mudah diingat karena orang
tuanya tidak ingat tanggal berapa ia dilahirkan. Masa kecilnya ia lalu
dengan kondisi serba kekurangan karena ia tinggal di desa dan orang
tuanya hanya seorang buruh tani dan tukang kayu..
Dahlan Iskan memang sudah terbiasa bekerja keras sejak ia masih
kecil. Itu dibuktikannya saat masih duduk di bangku sekolah. Ia sering
bekerja nguli nyeset atau menyabut daun tebu yang menguning di kebun
tebu dekat rumahnya. Itu semua dikerjakannya untuk membantu keluarganya
yang miskin. Kelaparan merupakan hal yang sudah biasa dirasakan olehnya.
Tak jarang perutnya diikat oleh sarung agar rasa lapar yang
dirasakannya hilang.
Dahlan kecil mengawali pendidikan sekolah dasarnya di Sekolah Rakyat.
Setelah lulus dari Sekolah Rakyat, Dahlan berniat untuk melanjutkan
sekolahnya di SMP Magetan. Namun keinginannya tidak disetujui oleh
Bapaknya. Akhirnya, atas keinginan Bapaknya ia meneruskan pendidikan
Tsanawiyah di Pesantren Sabilil Muttaqien. Pada saat masih duduk di
bangku Tsanawiyah, Dahlan harus rela kehilangan Ibunya, Lisna, yang
wafat pada tanggal 21 Maret 1963.
Sewaktu remaja, Dahlan juga sudah memiliki prestasi yang
membanggakan. Itu dibuktikannya dengan menjadi santri dengan predikat
nilai terbaik ketika masih duduk di kelas dua Tsanawiyah. Selain itu, ia
juga menjadi kapten tim voli Tsanawiyah Pesantren Sabilil Muttaqien
saat menjuarai kejuaraan bola voli se-Kabupaten Magetan. Lulus dari
Tsanawiyah, Dahlan melanjutkan pendidikan
Aliyah di Pesantren Sabilil Muttaqien.
Karir Dahlan Iskan dimulai sebagai calon
reporter
sebuah surat kabar kecil di Samarinda(Kalimantan Timur) pada tahun
1975. Tahun 1976, ia menjadi wartawan majalah Tempo. Sejak tahun 1982,
Dahlan Iskan memimpin surat kabar Jawa Pos hingga sekarang.
Dahlan Iskan adalah sosok yang menjadikan Jawa Pos yang waktu itu
hampir mati dengan oplah 6.000 ekslempar, dalam waktu 5 tahun menjadi
surat kabar dengan oplah 300.000 eksemplar.
Lima tahun kemudian terbentuk Jawa Pos News Network (JPNN), salah satu jaringan surat kabar terbesar di
Indonesia,
dimana memiliki lebih dari 80 surat kabar, tabloid, dan majalah, serta
40 jaringan percetakan di Indonesia. Pada tahun 1997 ia berhasil
mendirikan Graha Pena salah satu gedung pencakar langit di Surabaya, dan
kemudian gedung serupa di Jakarta.
Pada tahun 2002, ia mendirikan stasiun televisi
local
JTV di Surabaya, yang kemudian diikuti Batam TV di Batam dan Riau TV di
Pekanbaru. Dikarenakan pernah mengalami sakit pada bagian hati yang
parah, ia pernah menulis buku berjudul Ganti Hati pada tahun 2008. Buku
ini berisi tentang penglaman Dahlan Iskan dalam melakukan operasi
cangkok hati di Cina.
Sejak awal 2009, Dahlan adalah sebagai Komisaris PT. Fangbian Iskan
Corporindo (FIC) membangun Sambungan Komunikasi Kabel Laut (SKKL). SKKL
ini menghubungkan
Surabaya di Indonesia dan Hong Kong. Dengan panjang serat optik 4.300 kilometer.
Sejak akhir 2009, Dahlan diangkat menjadi direktur utama PLN
menggantikan Fahmi Mochtar yang dikritik karena selama kepemimpinannya
banyak terjadi mati lampu di daerah Jakarta. Semenjak memimpin PLN,
Dahlan membuat beberapa gebrakan diantaranya bebas byar pet se Indonesia
dalam waktu 6 bulan, gerakan sehari sejuta sambungan. Dahlan juga
berencana membangun PLTS di 100 pulau pada tahun 2011. Sebelumnya, tahun
2010 PLN telah berhasil membangun PLTS di 5 pulau di Indonesia bagian
Timur yaitu Pulau Banda, Bunaken Manado, Derawan Kalimantan Timur,
Wakatobi Sulawesi Tenggara, dan Citrawangan. Selain sebagai pemimpin
Grup Jawa Pos, Dahlan juga merupakan presiden direktur dari dua
perusahaan pembangkit listrik swasta: PT Cahaya Fajar Kaltim di
Kalimantan Timur dan PT Prima Electric Power di Surabaya.
Pada tanggal 17 Oktober 2011, Dahlan Iskan ditunjuk sebagai pengganti
Menteri BUMN yang menderita sakit. Ia terisak dan terharu begitu
dirinya dipanggil menjadi menteri BUMN karena ia berat meninggalkan PLN
yang menurutnya sedang pada puncak semangat untuk melakukan reformasi.
Dahlan Iskan dan Tarekat Syattariyah
Namun yang menarik jika ditanya mengapa dalam beberapa kasus ia begitu
berani bahkan masuk kategori nekad, ia menjawab bahwa semua itu
dilandasi keikhlasan. Keikhlasan ini ia tempa melalui amalan tarekat
yang ia jalankan, yaitu Tarekat Syattariyah yang pengikutnya termasuk
minoritas di Indonesia dibandingkan tarekat-tarekat lainnya. Ia sangat
akrab dengan Tarekat Syattariyah karena ayahnya, keluarga dan leluhurnya
juga pengikut tarekat ini. Dikarenakan ketekunannya dalam mengamalkan
amalan tarekatnya, atas izin Allah, pada saat ia terkena musibah dalam
kecelakaan tunggal mobil listrik mobil listrik Tucuxi (sekelas Ferrari)
di Desa Ngerong Magetan, Jawa Timur, Sabtu, 5 Januari 2013, ia selamat
dalam kecelakaan itu tanpa lecet sekalipun dan tanpa mengabaikan unsur
medis ia menyatakan bahwa hal ini dikarenakan amalan Tarekat Syattariyah
ada pada setiap nafasnya. Subhanallah!
Lalu, apa itu Tarekat Syattariyah dan bagaimana amalannya? Tarekat
Syattariyah pertama kali muncul di India pada abad ke-15. Tarekat ini
dinisbahkan kepada tokoh yang memopulerkan dan berjasa mengembangkannya,
Abdullah Asy-Syattar. Awalnya, tarekat ini lebih dikenal di Iran dan
Transoksania (Asia Tengah) dengan nama Isyqiyah. Sedangkan di wilayah
Turki Utsmani, tarekat ini disebut Bistamiyah. Seperti tarekat lainnya,
amalan ulama Tarekat Syattariyah adalah dzikir. Pelaksanaan dzikir bagi
penganut tarekat Syattariyah dibagi menjadi tiga tataran, yaitu: mubtadi
(tingkat permulaan), mutawasitah (tingkat menengah), dan muntahi
(tingkat terakhir). Tataran ini dapat dicapai oleh seseorang yang mampu
mengumpulkan dua makrifat, yaitu ma’rifat tanziyyah dan ma’rifat
tasybiyyah. Ma’rifat tanziyyah adalah ‘suatu iktikad bahwa Allah tidak
dapat diserupakan dengan sesuatu apapun’. Pada makrifat ini segala
sesuatu dilihat dari segi batiniah/hakikatnya. Sedangkan ma’rifat
tasybiyyah adalah ‘mengetahui dan mengiktikadkan bahwa Allah Maha
Melihat dan Maha Mendengar’, dalam makrifat ini segala sesuatu dilihat
dari segi lahiriahnya.
Di dalam tarekat ini, dikenal tujuh macam dzikir muqaddimah, sebagai
tangga untuk masuk ke dalam Tarekat Syattariyah, yang disesuaikan dengan
tujuh macam nafsu pada manusia. Ketujuh macam dzikir ini diajarkan agar
cita-cita manusia untuk kembali dan sampai ke Allah dapat selamat
dengan mengendalikan tujuh nafsu itu. Ketujuh macam dzikir itu sebagai
berikut:
1) Dzikir Thawaf, yaitu dzikir dengan memutar kepala, mulai dari bahu
kiri menuju bahu kanan, dengan mengucapkan laa ilaha sambil menahan
nafas. Setelah sampai di bahu kanan, nafas ditarik lalu mengucapkan
illallah yang dipukulkan ke dalam hati sanubari yang letaknya kira-kira
dua jari di bawah susu kiri, tempat bersarangnya nafsu lawwamah.
2) Dzikir Nafi Itsbat, yaitu dzikir dengan laa ilaha illallah, dengan
lebih mengeraskan suara nafi-nya, laa ilaha, ketimbang itsbat-nya,
illallah, yang diucapkan seperti memasukkan suara ke dalam yang Empu-Nya
Asma Allah.
3) Dzikir Itsbat Faqat, yaitu berdzikir dengan Illallah, Illallah, Illallah, yang dihujamkan ke dalam hati sanubari.
4) Dzikir Ismu Dzat, dzikir dengan Allah, Allah, Allah, yang
dihujamkan ke tengah-tengah dada, tempat bersemayamnya ruh yang menandai
adanya hidup dan kehidupan manusia.
5) Dzikir Taraqqi, yaitu dzikir Allah-Hu, Allah-Hu. Dzikir Allah
diambil dari dalam dada dan Hu dimasukkan ke dalam bait al-makmur (otak,
markas pikiran). Dzikir ini dimaksudkan agar pikiran selalu tersinari
oleh Cahaya Illahi.
6) Dzikir Tanazul, yaitu dzikir Hu-Allah, Hu-Allah. Dzikir Hu diambil
dari bait al-makmur, dan Allah dimasukkan ke dalam dada. Dzikir ini
dimaksudkan agar seorang salik senantiasa memiliki kesadaran yang tinggi
sebagai insan Cahaya Illahi.
7) Dzikir Isim Ghaib, yaitu dzikir Hu, Hu, Hu dengan mata dipejamkan
dan mulut dikatupkan kemudian diarahkan tepat ke tengah-tengah dada
menuju ke arah kedalaman rasa.
Ketujuh macam dzikir di atas didasarkan kepada firman Allah SWT di
dalam Surat al-Mukminun ayat 17: “Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan di atas kamu semua tujuh buah jalan, dan Kami sama sekali
tidak akan lengah terhadap ciptaan Kami (terhadap adanya tujuh buah
jalan tersebut)”. ***