Seseorang yang ingin mencapai
Tuhan harus mempunyai rasa malu; malu
melakukan segala
perbuatan yang bertentangan dengan
ketentuan-Nya.
Para
ulama menyatakan, ibadah mempunyai 71 jurusan (pintu). Tujupuluh
(70) diantara
terkandung dalam rasa malu, hanya 1 (satu) ada dalam semua
bentuk
kebajikan.
Rasul sendiri selalu memerintahkan para shahabat agar mempunyai rasa
malu terhadap Tuhan. Bagaimana malu
terhadap Tuhan?
"Orang yang malu kepada Allah adalah orang yang menjaga kepala dan apa
yang ada didalamnya (pikiran-pikiran dan kayalan yang tidak benar),
menjaga perut
dan apa yang ada didalamnya (makanan
yang tidak halal),
dan senantiasa ingat mati
dan kebinasaan. Siapa yang menginginkan akherat hendaknya meninggalkan --
pengaruh-- kehidupan
dunia. Siapa yang bisa demikian,
berarti benar-benar malu
kepada
Allah".
Fudail menyatakan, tanda-tanda orang celaka ada 5 (lima); keras hatinya
(tidak mau menerima nasehat), beku matanya (tidak mau melihat kebenaran),
sedikit rasa malunya,
cinta kemewahan dunia dan penjang angan-angannya.
Sedang As-Sariy
menyatakan, rasa malu dan puas (qonaah) bisa menundukkan
(melemaskan)
hati. Bila keduanya masuk kedalam hati, dan disana ada sifat zuhud
dan wara, maka
hati akan menjadi tenang dan ayem.
Sebaliknya, bila disana tidak
ditemukan zuhud dan wara, rasa malu dan puas akan menyingkir. Tanda-tanda
orang yang
malu kepada Allah tidak akan menjerumuskan
diri kedalam perbuatan
dosa
dan maksiat.
Selain rasa malu, seseorang yang hendak
masuk Hadlirat Ilahy dan
mendekatkan diri kepada-Nya, harus mempunyai tata krama dan sopan santun.
Ini adalah sesuatu yang sangat penting. Sebagian ulama menyatakan, tata krama
hampir mencapai 2/3 dari persoalan
agama. Bahkan yang lain menyatakan, siapa
yang tidak mempunyai sopan santun,
berarti tidak mempunyai agama, tidak
mempunyai
iman dan tidak mempunyai
tauhid.
"Orang yang tidak mempunyai
tata krama, berarti
tidak mempunyai agama,
tidak
mempunyai iman dan tidak mempunyai tauhid".
Dalam ibadah, mencari ilmu dan lain-lain, soal sopan santun tidak bisa
ditinggalkan.
Para ulama menyatakan, seseorang bisa mencapai surga dengan
amalnya, akan tetapi ia tidak akan bisa masuk Hadlirat Ilahy kecuali dengan
sopan
santun
dan tata krama (dalam ibadahnya). Orang yang tidak menjaga
kesopanan
dalam ketaatan, ia tetap terhijab dari Tuhan.
Karena
itu, seseorang murid harus menjaga benar masalah ini. Dikatakan,
para wali tidak mencapai derajat
itu karena banyaknya
amal, tetapi justru
disebabkan oleh tata krama
dan kebaikan ahlaknya.