Kamis, 10 Maret 2022

MEME CELANA CINGKRANG DAN JUSTIFIKASI DANGKAL ATAS NAMA SUNNAH.

بسم الله الرحمن الرحيم

Abdulloh Faizin 

Mulai kapan Nabi memakai celana cingkrang? mulai kapan memaknai izar itu celana ? bukankah izar itu adalah sarung atau sejenisnya. yang jelas bukan celana. Lalu mereka maknai izar sebagai celana, ini sumbernya dari mana ? ini yang merubah siapa?  perubahan dari dari izar menjadi celana itu kesalahan fatal ! Teks Agama kok dirubah rubah ! dan diada adakan, bukankah sesuatu yang diadakan itu bidah ? seperti tuduhan mereka sendiri kepada sesama ? inilah yang saya maksud " gething semanding alok kepelok". ini sangat bahaya dan harus di cerahkan supaya ummat tidak ikut ikutan lalu terjerumus dalam kesesatan ini hanya mengingatkan supaya tidak asal mewajibkan, semua sudah ada aturan dan aturan itu melalui kajian yang benar benar bisa dipertanggung jawabkan.

Meme hijrah khilafer salafis, terutama celana cingkrang dan sejenisnya tumbuh seperti sepora setelah hujan. Lalu  sepora meme itu dipotong potong dari illat dan ilaqah dasar yang sesungguhnya. kemudian dengan mudah disebarkan dan dilemparkan keranah publik tanpa ragu atas dasar penyeru Sunnah, namun miskin kajian. Dari fenomena itulah pantas dikatakan dakwah yang  copy  paste melalui empat penjuru mata angin dan Mereka  dengan bangga tanpa malu malu ngepost di Facebook, story wa instgram dan kreasi pemahaman video tiktok, YouTube dengan merasa sudah mewakili Nabi.

Kedangkalan memaknai apalagi menafsiri hadist sudah terlalu kentara. justifikasi negatif kepada objek dakwah sangat kaku dengan hanya cap halal dan haram saja. Sempitnya memandang syariat terlihat jelas karena kurangnya belajar diikuti dengan membaca terjemahan menjadi pemicu utama kekakuan mereka. Mulai dari ustadnya da,inya sampai pada pengikutnya tidak segan segan menyatakan "Semoga anda dapat hidayah" anda telah menyelisih Sunnah dan lain sebagainya. ini sebenarnya kata-kata yang baik namun salah tempat karena diucapkan orang merasa benar dan yang lain salah.

perlu dipahami bahwa terutama  persoalan isybal dan celana cingkrang  itu butuh kajian bukan tuduhan, ada porsi menggunakan hadist dengan cara proporsional dan profesional bukan asal bicara asal menulis menjadi meme yang seakan akan telah mewakili dakwah Islam, padahal masih musytarak yang dalam kaidah masih perlu penjelasan dari para Ulama ahli hadist dan ulama Mujtahid yang benar benar mampu. Bukan dari teks terjemah lalu di otak utik sendri dengan tendensius dan emosional tanpa kejelasan pemahaman utuh. ini bahaya bagi umat dan masyarakat Islam pada umunya karena informasi salah dari cara dakwah instan dan salah. ini haruslah di luruskan supaya Agama lebih terhormat.

Mari kita kaji keberadaan hadis dengan tanpa memutilasi hadis lain biasanya yang digunakan mereka mengharamkan isybal dengan hadis umum ini saja. 

مَا أَسْفَلَ مِنَ الْكَعْبَيْنِ مِنَ الإِزَارِ فَفِى النَّارِ (رواه البخاري رقم 5787)

“Pakaian yang dibawah mata kaki maka ada di neraka” (HR Bukhari No 5787)

Perlu di pahami ada banyak hadist lain yang mentahsis atau membatasi keumuman hadist diatas lebih banyak, perhatikan contoh hadis agar faham ! 

لاَ يَنْظُرُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلَى مَنْ جَرَّ إِزَارَهُ بَطَرًا (رواه البخاري رقم 5451 ) لاَ يَنْظُرُ اللهُ إِلَى  مَنْ جَرَّ ثَوْبَهُ خُيَلاَءَ (رواه مسلم رقم 2085)

“Allah tidak akan melihat seseorang di hari kiamat yang memanjangkan pakaiannya (Isbal) secara sombong” (HR Bukhari No 5451 dan Muslim No 2085).

Ketika Rasulullah bersabda demikian, kemudian Abu Bakar bertanya:

فَقَالَ أَبُوْ بَكْرٍ إِنَّ أَحَدَ شِقَّيْ ثَوْبِي يَسْتَرْخِي إِلاَّ أَنْ أَتَعَاهَدَ ذَلِكَ مِنْهُ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ g إِنَّكَ لَنْ تَصْنَعَ ذَلِكَ خُيَلاَءَ (رواه البخاري رقم 3465)

“Sesungguhnya salah satu sisi pakaian saya memanjang ke bawah kecuali kalau saya menjaganya? Rasulullah saw menjawab: “Kamu melakukan itu tidak karena sombong” (HR Bukhari No 3465).

Ini artinya bahwa persoalan haram itu bisa jadi karena karakter kesombongannya, kalau tidak sombong menurut Habib Toha baaqil hanya makruh saja. ini ada asbabul wurudnya, karena saat itu orang orang kaya dan pembesar kerajaan sering menggunakan pakaian berjuntai dan ia merasa besar dan sombong. Lihat bagaimana curhatan Sayyidina Abu Bakar diatas tentang kesesuaian dengan tubuhnya, dan apa jawaban Nabi ? kamu boleh karena tidak sombong . Inilah maqasidus syar,iyyah. tujuan syariat yang benar sesuai pemahaman Ulama bukan karena hasil otak kita sendiri.

Jadi hati hati dengan meme nyasar ke wall dan hp kita jadilah kita orang cerdas jangan asal terima lalu di share kembali kalau belum jelas. Agar kita tidak menjadi estafed ketidak jelasan memahami Agama dan lebih berat lagi mempertanggungkan ya dosa kesalahan nge-share kita di hadapan Allah nanti. Belajarlah kepada para Guru Guru Masyayih kita yang di pesantren atau alumni pesantren yang paham kitab dan kompleksitas jawaban, selain sanadnya jelas riwayatnya jelas tidak sesat. jangan hanya belajar dari meme yang hanya mengajarkan menuduh sesama.

Penulis
Ketua Yayasan 
PP. AL Balagh Bulutigo laren Lamongan Jawa Timur

Lamongan 22

TATA CARA MANDI 9 SELAGI MASIH HIDUP

بسم الله الرحمن الرحيم

KH. Muhammad Zaini bin H. Abdul Ghani Al-Banjari (Abah Guru Sekumpul)

Mandilah dulu seperti mandi biasa,setelah selesai mandi biasa ambil wudhu' setelah itu lanjut. 

1. Ambil air satu gayung tahan nafas kemudian baca YAA ALLAH 3 KALI lalu tiupkan keair melalui hidung setelah itu siramkan ke kepala. 

2. Ambil air lagi tahan nafas bacakan YAA RAHMAN 3 KALI tiupkan lagi air melalui hidung lalu siramkan ke bahu kanan. 

3. Ambil air lagi tahan nafas bacakan YAA RAHIM 3 KALI lalu tiupkan lagi melalui hidung lalu siramkan ke bahu kiri.

Lakukan secara berurutan seperti di atas lakukan sampai tiga kali. 

Lalu tutup siraman terakhir keseluruh badan seraya berbarengan dengan membaca..

LAA HAULAA WALAA QUWWATA ILLAA BILLA HIL'ALIYYIL ADZIIM.

Lakukan mandi ini setiap hari Jum'at bagi kita laki laki yang hendak sholat jum'at..dan untuk wanita terserah saja waktunya. 

Khasiatnya...Insya Allah, Anak anak akan menurut Nasehat kita & perkataan kita akan didengar dan dipatuhi (dalam niat tuk kebaikan).

Wallohu A'lam

Semoga bermanfaat bagi kita semua untuk mengamalkan nya.

Mohon maaf lahir batin jikalau ada salah² kami dalam penulisan..

Kamis, 03 Maret 2022

AL ADZKAR AL ASYARAH

AL-ADZKAR AL-ASYARAH (Dzikir Sepuluh)

 inilah Hadiah dari Al-Habib Ali bin Hasan Al-Atthos untuk para kaum muslimin khususon para muhibbin.Satu Hadiah yang bermanfaat untuk dirimu dunia dan akhirat. Maka ambillah dia dengan kepercayaan dan keyaqinanmu yang besar. Sesungguhnya dia adalah jaminan asuransi sesungguhnya saat kau merasakan kepayahan dalam hidupmu. Dzikir ini akan membukakan semua kemudahan dan keluasan yang kau inginkan, memelihara dan menumbuh kembangkan kebaikan yang kau punya, melipat gandakan keberuntunganmu, menjauhkan darimu sesuatu yang menyulitkan dan yang akan menjerumuskan dirimu, dzikir ini akan menjadi pengawalmu saat kau sendirian dalam kegelapan, dzikir ini terdapat didalamnya Ismullahil A’zhom. Inilah hadiah yang Agung itu…

بسم الله الرحمن الرحيم.
1. Bismillahir rahmaanir rahiim.100x
“ Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang “ 100 x

الحمد الله رب العالمين.
2. Alhamdulillahi robbil ‘alamiin.100x
“ Segala Puji Bagi Allah, Tuhan semesta Alam “ 100 x

لااله الا الله محمد رسول الله.
3. Laa ilaha illallah Muhammadur rasulullah.100x
“ Tiada Tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad adalah Utusan-NYA.” 100 x

اللهم صل على محمد وعلى ال محمد.
4. Allahumma sholli ‘alaa Muhammadin wa ‘alaa ali Muhammadin.100x
“ Ya Allah, limpahkanlah shalawat / kesejahteraan kepada Junjungan kami Nabi Muhammad SAW dan kepada keluarga Beliau.” 100 x

سبحان الله وبحمده سبحان الله العظيم
5. Subhanallah wabihamdihi subhanallahil ‘adhiim.100x
“ Maha suci Allah dan segala puji bagi-NYA. Maha suci Allah Yang Maha Agung.” 100 x

استغفر الله العظيم واساله التوبة
6. Astaghfirullahal ‘azhiim wa as-aluhut taubah.100x
“ Aku memohon ampunan dari Allah Yang Maha Agung dan memohon Taubat ( atas segala dosa ) pada-NYA.” 100 x

اللهم انى اسالك فعل الخيرات وترك المنكرات وحب المساكين وان تغفرلى وترحمنى

7. Allahumma inni as-aluka fi’lal khoiroti wa tarkil munkarooti wa hubbul masaakiina wa an taghfirlii wa tarhamnii.100x
Ya Allah, aku memohon pada-MU dapat mengerjakan kebaikan-kebaikan dan meninggalkan kemungkaran-kemungkaran dan mencintai orang-orang miskin agar Engkau mengampuni dan menyayangiku.

سورة الاخلاص
8. Suratul Ikhlas.100x
( Membaca surat Al-Ikhlas. 100 x )

حسبنا الله ونعم الوكيل
9. Hasbunallahu wa ni’amal wakiil.100x
Cukuplah Allah bagi kami sebaik-baik Pelindung.100 x

اللهم صل على محمد النبي الامى وعلى ال محمد وسلم
10. Allahumma sholli ‘alaa Muhammadinin nabiyyil ummi wa ‘alaa ali Muhammadin wa sallim.3x
Ya Allah limpahkanlah kesejahteraan kepada Nabi Muhammad SAW, Nabi yang Ummi dan berilah keselamatan atas keluarga beliau.3 x

Dikatakan oleh beliau Al-Habib Ali bin Hasan Al-Attas ( Shohib Masyhad Bahrain ) dalam Kitabnya ‘ Al-Qirthas, Syarah Ratib Al-Attas ‘ bahwasanya kesepuluh zikir ini adalah amalan tetap beliau. Dan dengannyalah beliau memperoleh apa yang didambakannya. Dan dijadikannya amalan ini sebagai suatu ‘ Hadiah ‘ dari beliau untuk mereka yang mau mengamalkannya suatu Ijazah dan izin bagi siapa saja yang berminat terhadapnya (Amalan ini). Siapa saja diantara mereka baik saudara dan pengikut yang mencintai beliau ataupun mereka yang membenci dan memusuhinya.

Ketahuilah bahwa sepuluh zikir ini adalah termasuk dari zikir-zikirnya para Al-‘Ubbad dan Az-Zuhhad, didalamnya terdapat fadhilah dan faedah yang besar sekali serta memiliki keistimewaan tersendiri. Bagi mereka yang telah memeliharanya menurut tertib membacanya yaitu setiap hari setelah sholat shubuh dan sholat maghrib jumlah mereka telah banyak sekali. Dan kesemua mereka itu adalah Ahlil-Fadhel dan As-Sholihin, yang telah mengetahui rahasia tentang kelebihannya. Mereka telah menggunakannya dengan niat untuk meminta keluasan rezeki, melepaskan kesulitan, melindungi diri dari musuh, menghindarkan bahaya, menangkal sihir dan gangguan jin serta mengobatinya, menundukkan semua makhluk, minta pemeliharaan dalam arti menyeluruh sekali rangkap yaitu untuk diri sendiri juga untuk semua keluarga agar turut tersertakan dari segala gangguan yang zhohir maupun bathin, termasuk harta benda mereka, beserta keamanan keadaan lingkungan dimana mereka berada agar semuanya senantiasa dalam keadaan keamanan, kebahagiaan, kemakmuran, kedamaian, dalam arti seluas-luasnya dan jangkauan yang sejauh-jauhnya.

Dan ternyata kesemua itu terbukti dan demikianlah yang mereka dapatkan diantara hasilnya di dunia ini. Dan itu semua masih sangat sedikit karena faedah tersebut hanyalah untuk didunia namun faedahnya untuk akherat hanya Allah sajalah yang mengetahuinya dengan sebenarnya dan yang dapat menghitungnya.
( Al-Qirthas, Syarah Ratib Al-Attas. )

=== Tammat syarah AL-ADZKAR AL-ASYARAH, Al-Habib Ali bin Hasan Al Attas, Shahib masyhad Bahrain ===

NIKMAT YG PALING BESAR ADALAH NIKMAT DZIKIR

اَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي, وَاَنَا مَعَهُ حِيْنَ يَذْكرُنِي, فَإنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإنْ ذَكَرَنِي فِي مَلاَءٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلاَءٍ خَيْرٍ مِنْـهُ وَإنِ اقْتَرَبَ اِلَيَّ شِبْرًا اتَقَرَّبْتُ إلَيْهِ ذِرَاعًا وَإنِ اقْتَرَبَ إلَيَّ ذِرَاعًا اتَقَرَّبْتُ إلَيْهِ بَاعًا وَإنْ أتَانِيْ يَمْشِي اَتَيْتُهُ هَرْوَلَة 

“Aku ini menurut prasangka hambaKu, dan Aku menyertainya, dimana saja ia berzikir pada-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya (hatinya), Aku akan ingat pula padanya dalam diriKu. Jika ia mengingat-Ku dihadapan umum, Aku akan mengingatnya pula dihadapan khalayak (al-mala’) yang lebih baik. Dan seandai- nya ia mendekatkan dirinya kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekatkan diri-Ku padanya sehasta. Jika ia mendekat pada-Ku sehasta, Aku akan mendekatkan diri-Ku padanya sedepa dan jika ia datang kepada-Ku berjalan, Aku akan datang kepada- nya dengan berlari”. (HR. Bukhari  [jilid 12, hal. 384], Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah dan Baihaqi).   

قَالَ اللهُ تَعَالَى: لاَ يَذْكُرُنِي اَحَدٌ فِى نفْسِهِ اِلاَّ ذَكّرْتُهُ فِي مَلاٍ  مِنْ مَلاَئِكَتِي  وَلاَيَذْكُرُنِي فِي مَلاٍ اِلاَّ ذَكَرْتُهُ فِي المَلاِ الاَعْلَي

“Tidaklah seseorang berzikir pada-Ku dalam hatinya kecuali Aku pun akan berzikir untuknya di hadapan para malaikat-Ku. Dan tidak juga seseorang berzikir pada-Ku di hadapan orang-orang kecuali Aku pun akan berzikir untuknya di tempat yang tertinggi’” (HR. Thabrani).

Rasulallah Saw. bersabda,

(سَبَقَ المُفَرِّدُونَ, قاَلُوْا: وَمَا المُفَرِّدُونَ  يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ الذَّاكِرُونَ اللهَ  الذَّاكِرُونَ اللهَ كَثِيْرًاوَالذَّاكِرَاتِ (رواه المسلم)

“Telah majulah orang-orang istimewa! Tanya mereka ‘Siapakah orang-orang istimewa, ya Rasulallah?’ Ujar Nabi Saw. ‘Mereka ialah orang-orang yang berzikir baik laki-laki maupun wanita’”  (HR. Muslim).

 لاَ يَقْـعُدُ قَوْمٌ يَذْكُـرُنَ اللهَ تَعَالَى إلاَّ حَفَّتْـهُمُ المَلاَئِكَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمة  وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ وَذَكَرَهُمْ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ  

“Tidak satu kaum (kelompok) pun yang duduk zikir kepada Allah Ta’ala, kecuali mereka akan dikelilingi Malaikat, akan diliputi oleh rahmat, beroleh ketenangan dan akan disebut-sebut oleh Allah pada siapa-siapa yang berada di sisi-Nya.” (HR. Muslim, Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Abi Syaibah dan Baihaqi).

إذَا مَرَرْتُم بِرِيَاضِ الجَنَّة فَارْتَعُوْا, قَالُوا: وَمَا رِيَاضُ الجَنّـَة يَا رَسُولُ الله؟ قَالَ: حِلَقُ الذِّكْرِ فَإنَّ لِلَّهِ تَعَالَى سَيَّرَاتٍ مِنَ المَلآئِكَةَ  يَطْلُبُونَ حِلَقَ الذِّكْر فَإذَا أتَوْا عَلَيْهِمْ  حَفُّوبِهِمْ       

"Jika kalian lewat di taman-taman surga, hendaklah kamu ikut bercengkerama! Tanya mereka; ‘Apakah itu taman-taman surga ya Rasulallah’? Ujar Nabi Saw.; ‘lingkaran lingkaran zikir, karena Allah Swt. mempunyai rombongan pengelana dari Malaikat yang mencari-cari lingkaran zikir. Bila ketemu dengannya, mereka akan duduk mengelilinginya.’"

Nabi Saw. bersabda, 

يَقُوْلُ الرَّبُّ جَلَّ وَعَلاَ يَوْمَ القِيَامَةِ سَيَعْلَمُ هَؤُلاَءِ الْجَمْعَ الْيَوْمَ مَنْ اَهْلُ الْكَرَمِ؟ فَقِيْلَ مَنْ اَهْلُ الْكَرَمِ؟ قَالَ اَهْلُ مَجَالِسِ الذِّكْرِ فِي الْمَسَاجِدِ (رواه البيهاقي)

"Allah jalla wa ‘Ala pada hari kiamat kelak akan bersabda:’Pada hari ini ahlul jam’i  akan mengetahui siapa orang Ahlul Karam (orang yang mulia).’ Ada yang bertanya: ‘Siapakah orang-orang yang mulia itu?’ Allah menjawab, ‘Mereka adalah orang- orang peserta majlis zikir di masjid-masjid.’"

Rasulallah Saw. bersabda,                                  

اَكْثِرُوْاذِكْرَاللهَ  حَتَّى يَقُولُ اِنَّهُ مَجْنُوْنٌ 

“Perbanyaklah kalian berzikir kepada Allah sehingga mereka (yang melihat dan mendengar) akan berkata: ‘Sesungguhnya, dia orang gila.’” (HR. Hakim, Baihaqi dalam Syu’abul Iman, Ibnu Hibban, Ahmad, Abu Ya’la dan Ibnu as-Sunni).

#SemogaDimampukan

NU BIASA DI LUDAHI

بسم الله الرحمن الرحيم

Kalimat diatas adalah kalimat parodi yang pernah diucapkan oleh Mbah Cholil atau KH. Muhammad Cholil Bisri. Seorang ulama' besar dari Jawa Tengah. Pengasuh PP Raudhotut Tholibin Rembang, mantan Wakil Ketua MPR RI dan Wakil Dewan Syuro PKB generasi pertama. Dawuh beliau "NU kuwi kerep diidoni" (NU itu sering diludahi), pada suatu kesempatan.

Mbah Cholil adalah putra KH Bisri Mustofa, pengarang Al-Ibriz. Kitab tafsir Al Qur'an dalam bahasa Jawa yang sangat terkenal. Adik Mbah Choli bernama KH Ahmad Mustofa Bisri, seorang penyair, pelukis, budayawan, kiai, dan penulis produktif yang lebih terkenal dengan panggilan "Gus Mus".

Mbah Cholil Bisri seorang kiai yg purna pendidikannya. Selain Sekolah Rakyat di Katioso juga merangkap di Madrasah Ibtidaiyah (1954), kemudian melanjutkan di SMP Taman Siswa (1956) bersamaan dengan sekolah di Perguruan Islam (1956). 

Cholil muda kemudian melanjutkan pendidikan ke Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, (1957), Pondok Pesantren al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta (1960), Aliyah Darul Ulum Mekah (1962), dan IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Ulama besar ini wafat tahun 2004. Meninggalkan 8 putra putrinya. Dua diantara putra beliau adalah Gus Yahya atau KH. Yahya Cholil Staquf Ketua Umum PBNU dan Gus Yaqut atau  Yaqut Cholil Qoumas Ketua Umum PP GP Ansor dan Menteri Agama RI. 

Apa hubunganya dengan kalimat NU sering diludahi diatas?

Belakangan ini kedua putra beliau menjadi sasaran ludah banyak orang. Bukan karena kesalahannya. Tetapi justru karena niat keberpihakannya pada kepentingan bangsa dan kemanusiaan. 

Gus Yahya pernah dicaci maki karena menjadi pembicara perdamaian di depan para pembesar Yahudi di Israel. Konsep perdamaian yang dibawa Gus Yahya, mendapat respon positif dari dunia internasional. Tidak banyak orang bisa menasehati kaum Yahudi, tetapi Gus Yahya dengan mudah melakukanya dan diterima. 

Gus Yaqut, dicaci karena ingin membangun harmonisasi antar umat, antar elemen bangsa dalam semangat saling menjaga, saling menghargai dan saling menghormati. Meskipun juga disalahfahami oleh sebagian orang. Bukan hanya diserang dari kalangan eksternal, tetapi juga dari internal NU sendiri, bahkan dari internal PKB. Ada rivalitas internal. 

Mengapa Gus Yaqut diserang ?

Karena dia Ansor. Karena dia NU. Karena dia menteri Agama. Tiga posisi yang menarik menjadi peluru politik. Bukan karena yang lain. Dalam konteks kebangsaan, semua kesalahan yg sumbernya dari tokoh NU akan segera dibikin rame. Dibikin ruwet. Dibikin panjang. Bukan hanya saat ini, tetapi sejak masa masa yang lalu. Gus Dur, Kiai Hasyim, Pak Said Aqil, semua digegeri. Dibikin rame. 

Dalam istilah Mbah Cholil Bisri "diidoni". 

Untuk beliau semua: lahum al fatihah ❤️

By. Mu'thi Em Elbachry
===================

*_Dapatkan terus Update info Hubbul Wathon Minal Iman_*

Website : www.hwmi.or.id

Telegram :
https://t.me/hwmichannel

Instagram :
https://s.id/Ig_hwmionline_id

Twitter :
https://twitter.com/Hubbul_Wathon26?s=08

Youtube:
https://s.id/DutaHWMIOfficial

Helo-app :
https://s.id/helo-app_KontenHWMI

Tik tok : https://s.id/tiktok_hwmi

Quotes HWMI : https://s.id/hwmi-Quotes

#HubbuWathonMinalIman
#NahdlatulUlama 
#IslamNusantara
#MediaDakwahOnline

SHOLAWAT KAMIS SORE/MALAM JUMAT

بسم الله  الرحمن الرحيم 

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آل سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

SHOLAWAT KAMIS SORE /MALAM JUM'AT*

*Dari Sayyid Abdullah bin Abbas*

*Dibaca 10x*

اَللّٰهُمَّ يا دَائِمَ الْفَضْلِ عَلٰى الْبَرِيَّة
يَا بَاسِطَ الْيَدَيْنِ بِالْعَطِيَّة
يَا صَاحِبَ الْمَوَاهِبِ السَّنِيَّة
صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاٰلِهِ خَيْرِ الْوَرٰى سَجِيَّة
وَاغْفِرْ لَنَا يَا ذَا الْعُلٰى فِي هٰذِهِ الْعَشِيَّة

Yaa daaimal fadhli 'alal bariyyah
Yaa baa sithol yadaini bil'athiyyah 
Yaa shoohibal mawaahibis saniyyah                                       Sholli 'alaa sayyidinaa Muhamadin wa alihi khoiril waroo sajiyyah
Waghfirlanaa yaa dzal 'ulaa fii hadzihil 'asyiyyah...

Fadhilahnya : 

*"Barangsiapa yang Membacanya 10x  Maka Allah ﷻ Mencatatkan Baginya 

100. Juta kebaikan
Dilebur darinya 1.juta keburukan
Diangkat baginya 1.juta derajat
Dan pada hari kiamat berada dalam naungan kubah Nabi Ibrahim 'Alaihis Salam. 

NB.
Jika dibaca Setelah Maghrib atau 'Isya Maka kalimat العشية  diganti dengan kalimat الليلة ... 
Begitulah yg didapat  Syaikhoh Shofiyyah binti AbdusSomad  istri Habib Ja'far bin Syaikhon Assegaf ...

Alhabib Salim Bin Alwi Bin jindan

313 SAHABAT AHLI BADAR

بسم الله الرحمن الرحيم

Berikut ini adalah nama nama Para Pejuang AHLUL BADAR yang berjumlah 313 orang :
~~~~~~~~~~~~~~~~~~

1. Nabi Muhammad Shallallaahu 'Alaihi Wasallam.
2. Abu Bakar as-Shiddiq Radliyallaahu 'Anhu.
3. Umar bin al-Khattab Radliyallaahu 'Anhu.
4. Utsman bin Affan Radliyallaahu 'Anhu.
5. Ali bin Abu Thalib Karramallaahu Wajhah.
6. Talhah bin ‘Ubaidillah Radliyallaahu 'Anhu.
7. Bilal bin Rabbah Radliyallaahu 'Anhu.
8. Hamzah bin Abdul Muththalib Radliyallaahu 'Anhu.
9. Abdullah bin Jahsyi Radliyallaahu 'Anhu.
10. Al-Zubair bin al-Awwam Radliyaallahu 'Anhu.
11. Mus’ab bin Umair bin Hasyim Radliyallaahu 'Anhu.
12. Abdur Rahman bin ‘Auf Radliyallahu 'Anhu.
13. Abdullah bin Mas’ud Radliyallaahu 'Anhu.
14. Sa’ad bin Abi Waqqas Radliyallaahu 'Anhu.
15. Abu Kabsyah al-Faris Radliyallaahu 'Anhu.
16. Anasah al-Habsyi Radliyallaahu 'Anhu.
17. Zaid bin Harithah al-Kalbi Radliyallaahu 'Anhu.
18. Marthad bin Abi Marthad al-Ghanawi Radliyallaahu 'Anhu.
19. Abu Marthad al-Ghanawi Radliyallaahu 'Anhu.
20. Al-Husain bin al-Harith bin Abdul Muththalib Radliyallaahu 'Anhu.
21. ‘Ubaidah bin al-Harith bin Abdul Muththalib Radliyallaahu 'Anhu.
22. Al-Tufail bin al-Harith bin Abdul Muththalib Radliyallaahu 'Anhu.
23. Mistah bin Usasah bin ‘Ubbad bin Abdul Muththalib Radliyallaahu 'Anhu.
24. Abu Huzaifah bin ‘Utbah bin Rabi’ah Radliyallaahu 'Anhu.
25. Subaih (maula Abi ‘Asi bin Umaiyyah) Radliyallaahu 'Anhu.
26. Salim (maula Abu Huzaifah) Radliyallaahu 'Anhu.
27. Sinan bin Muhsin Radliyallaahu 'Anhu.
28. ‘Ukasyah bin Muhsin Radliyallaahu 'Anhu.
29. Sinan bin Abi Sinan Radliyallaahu 'Anhu.
30. Abu Sinan bin Muhsin Radliyallaahu 'Anhu.
31. Syuja’ bin Wahab Radliyallaahu 'Anhu.
32. ‘Utbah bin Wahab Radliyallaahu 'Anhu.
33. Yazid bin Ruqais Radliyallaahu 'Anhu.
34. Muhriz bin Nadhlah Radliyallaahu 'Anhu.
35. Rabi’ah bin Aksam Radliyallaahu 'Anhu.
36. Thaqfu bin Amir Radliyallaahu 'Anhu.
37. Malik bin Amir Radliyallaahu 'Anhu.
38. Mudlij bin Amir Radliyallaahu 'Anhu.
39. Abu Makhsyi Suwaid bin Makhsyi al-Tha’i Radliyallaahu 'Anhu.
40. ‘Utbah bin Ghazwan Radliyallaahu 'Anhu.
41. Khabbab (maula ‘Utbah bin Ghazwan) Radliyallaahu 'Anhu.
42. Hathib bin Abi Balta’ah al-Lakhmi Radliyallaahu 'Anhu.
43. Sa’ad al-Kalbi (maula Hathib) Radliyallaahu 'Anhu.
44. Suwaibit bin Sa’ad bin Harmalah Radliyallaahu 'Anhu.
45. Umair bin Abi Waqqas Radliyallaahu 'Anhu.
46. Al-Miqdad bin ‘Amru Radliyallaahu 'Anhu.
47. Mas’ud bin Rabi’ah Radliyallaahu 'Anhu.
48. Zus Syimalain Amru bin Amru Radliyallaahu 'Anhu.
49. Khabbab bin al-Arat al-Tamimi Radliyallaahu 'Anhu.
50. Amir bin Fuhairah Radliyallaahu 'Anhu.
51. Suhaib bin Sinan Radliyallaahu 'Anhu.
52. Abu Salamah bin Abdul Asad Radliyallaahu 'Anhu.
53. Syammas bin Uthman Radliyallaahu 'Anhu.
54. Al-Arqam bin Abi al-Arqam Radliyallaahu 'Anhu.
55. Ammar bin Yasir Radliyallahu 'Anhu.
56. Mu’attib bin ‘Auf al-Khuza’i Radliyallaahu 'Anhu.
57. Zaid bin al-Khattab Radliyallahu 'Anhu.
58. Amru bin Suraqah Radliyallaahu 'Anhu.
59. Abdullah bin Suraqah Radliyallaahu 'Anhu.
60. Sa’id bin Zaid bin Amru Radliyallaahu 'Anhu.
61. Mihja bin Akk (maula Umar bin al-Khattab) Radliyallaahu 'Anhu.
62. Waqid bin Abdullah al-Tamimi Radliyallaahu 'Anhu.
63. Khauli bin Abi Khauli al-Ijli Radliyallaahu 'Anhu.
64. Malik bin Abi Khauli al-Ijli Radliyallaahu 'Anhu.
65. Amir bin Rabi’ah Radliyallaahu 'Anhu.
66. Amir bin al-Bukair Radliyallaahu 'Anhu.
67. Aqil bin al-Bukair Radliyallaahu 'Anhu.
68. Khalid bin al-Bukair Radliyallaahu 'Anhu.
69. Iyas bin al-Bukair Radliyallaahu 'Anhu.
70. Uthman bin Maz’un Radliyallaahu 'Anhu.
71. Qudamah bin Maz’un Radliyallaahu 'Anhu.
72. Abdullah bin Maz’un Radliyallaahu 'Anhu.
73. Al-Saib bin Uthman bin Maz’un Radliyallaahu 'Anhu.
74. Ma’mar bin al-Harith Radliyallaahu 'Anhu.
75. Khunais bin Huzafah Radliyallaahu 'Anhu.
76. Abu Sabrah bin Abi Ruhm Radliyallaahu 'Anhu.
77. Abdullah bin Makhramah Radliyallaahu 'Anhu.
78. Abdullah bin Suhail bin Amru Radliyallaahu 'Anhu.
79. Wahab bin Sa’ad bin Abi Sarah Radliyallaahu 'Anhu.
80. Hatib bin Amru Radliyallaahu 'Anhu.
81. Umair bin Auf Radliyallaahu 'Anhu.
82. Sa’ad bin Khaulah Radliyallaahu 'Anhu.
83. Abu Ubaidah Amir al-Jarah Radliyallaahu 'Anhu.
84. Amru bin al-Harith Radliyallaahu 'Anhu.
85. Suhail bin Wahab bin Rabi’ah Radliyallaahu 'Anhu.
86. Safwan bin Wahab Radliyallaahu 'Anhu.
87. Amru bin Abi Sarah bin Rabi’ah Radliyallaahu 'Anhu.
88. Sa’ad bin Muaz Radliyallaahu 'Anhu.
89. Amru bin Muaz Radliyallaahu 'Anhu.
90. Al-Harith bin Aus Radliyallaahu 'Anhu.
91. Al-Harith bin Anas Radliyallahu 'Anhu.
92. Sa’ad bin Zaid bin Malik Radliyallaahu 'Anhu.
93. Salamah bin Salamah bin Waqsyi Radliyallaahu 'Anhu.
94. ‘Ubbad bin Waqsyi Radliyallaahu 'Anhu.
95. Salamah bin Thabit bin Waqsyi Radliyallaahu 'Anhu.
96. Rafi’ bin Yazid bin Kurz Radliyallaahu 'Anhu.
97. Al-Harith bin Khazamah bin ‘Adi Radliyallahu 'Anhu.
98. Muhammad bin Maslamah al-Khazraj Radliyallaahu 'Anhu.
99. Salamah bin Aslam bin Harisy Radliyallaahu 'Anhu.
100. Abul Haitham bin al-Tayyihan Radliyallaahu 'Anhu.
101. ‘Ubaid bin Tayyihan Radliyallahu 'Anhu.
102. Abdullah bin Sahl Radliyallaahu 'Anhu.
103. Qatadah bin Nu’man bin Zaid Radliyallaahu 'Anhu.
104. Ubaid bin Aus Radliyallaahu 'Anhu.
105. Nasr bin al-Harith bin ‘Abd Radliyallaahu 'Anhu.
106. Mu’attib bin ‘Ubaid Radliyallaahu 'Anhu.
107. Abdullah bin Tariq al-Ba’lawi Radliyallaahu 'Anhu.
108. Mas’ud bin Sa’ad Radliyallaahu 'Anhu.
109. Abu Absi Jabr bin Amru Radliyallaahu 'Anhu.
110. Abu Burdah Hani’ bin Niyyar al-Ba’lawi Radliyallaahu 'Anhu.
111. Asim bin Thabit bin Abi al-Aqlah Radliyallaahu 'Anhu.
112. Mu’attib bin Qusyair bin Mulail Radliyallaahu 'Anhu.
113. Abu Mulail bin al-Az’ar bin Zaid Radliyallaahu 'Anhu.
114. Umair bin Mab’ad bin al-Az’ar Radliyallaahu 'Anhu.
115. Sahl bin Hunaif bin Wahib Radliyallaahu 'Anhu.
116. Abu Lubabah Basyir bin Abdul Munzir Radliyallaahu 'Anhu.
117. Mubasyir bin Abdul Munzir Radliyallaahu 'Anhu.
118. Rifa’ah bin Abdul Munzir Radliyallaahu 'Anhu.
119. Sa’ad bin ‘Ubaid bin al-Nu’man Radliyallaahu 'Anhu.
120. ‘Uwaim bin Sa’dah bin ‘Aisy Radliyallaahu 'Anhu.
121. Rafi’ bin Anjadah Radliyallahu 'Anhu.
122. ‘Ubaidah bin Abi ‘Ubaid Radliyallaahu 'Anhu.
123. Tha’labah bin Hatib Radliyallaahu 'Anhu.
124. Unais bin Qatadah bin Rabi’ah Radliyallaahu 'Anhu.
125. Ma’ni bin Adi al-Ba’lawi Radliyallaahu 'Anhu.
126. Thabit bin Akhram al-Ba’lawi Radliyallaahu 'Anhu.
127. Zaid bin Aslam bin Tha’labah al-Ba’lawi Radliyallaahu 'Anhu.
128. Rib’ie bin Rafi’ al-Ba’lawi Radliyallaahu 'Anhu.
129. Asim bin Adi al-Ba’lawi Radliyallaahu 'Anhu.
130. Jubr bin ‘Atik Radliyallaahu 'Anhu.
131. Malik bin Numailah al-Muzani Radliyallaahu 'Anhu.
132. Al-Nu’man bin ‘Asr al-Ba’lawi Radliyallaahu 'Anhu.
133. Abdullah bin Jubair Radliyallaahu 'Anhu.
134. Asim bin Qais bin Thabit Radliyallaahu 'Anhu.
135. Abu Dhayyah bin Thabit bin al-Nu’man Radliyallaahu 'Anhu.
136. Abu Hayyah bin Thabit bin al-Nu’man Radliyallaahu 'Anhu.
137. Salim bin Amir bin Thabit Radliyallaahu 'Anhu.
138. Al-Harith bin al-Nu’man bin Umayyah Radliyallaahu 'Anhu.
139. Khawwat bin Jubair bin al-Nu’man Radliyallaahu 'Anhu.
140. Al-Munzir bin Muhammad bin ‘Uqbah Radliyallaahu 'Anhu.
141. Abu ‘Uqail bin Abdullah bin Tha’labah Radliyallaahu 'Anhu.
142. Sa’ad bin Khaithamah Radliyallaahu 'Anhu.
143. Munzir bin Qudamah bin Arfajah Radliyallaahu 'Anhu.
144. Tamim (maula Sa’ad bin Khaithamah) Radliyallaahu 'Anhu.
145. Al-Harith bin Arfajah Radliyallaahu 'Anhu.
146. Kharijah bin Zaid bin Abi Zuhair Radliyallaahu 'Anhu.
147. Sa’ad bin al-Rabi’ bin Amru Radliyallaahu 'Anhu.
148. Abdullah bin Rawahah Radliyallaahu 'Anhu.
149. Khallad bin Suwaid bin Tha’labah Radliyallaahu 'Anhu.
150. Basyir bin Sa’ad bin Tha’labah Radliyallaahu 'Anhu.
151. Sima’ bin Sa’ad bin Tha’labah Radliyallaahu 'Anhu.
152. Subai bin Qais bin ‘Isyah Radliyallaahu 'Anhu.
153. ‘Ubbad bin Qais bin ‘Isyah Radliyallaahu 'Anhu.
154. Abdullah bin Abbas Radliyallahu 'Anhu.
155. Yazid bin al-Harith bin Qais Radliyallaahu 'Anhu.
156. Khubaib bin Isaf bin ‘Atabah Radliyallaahu 'Anhu.
157. Abdullah bin Zaid bin Tha’labah Radliyallaahu 'Anhu.
158. Huraith bin Zaid bin Tha’labah Radliyallaahu 'Anhu.
159. Sufyan bin Bisyr bin Amru Radliyallaahu 'Anhu.
160. Tamim bin Ya’ar bin Qais Radliyallaahu 'Anhu.
161. Abdullah bin Umair Radliyallaahu 'Anhu.
162. Zaid bin al-Marini bin Qais Radliyallaahu 'Anhu.
163. Abdullah bin ‘Urfutah Radliyallaahu 'Anhu.
164. Abdullah bin Rabi’ bin Qais Radliyallaahu 'Anhu.
165. Abdullah bin Abdullah bin Ubai Radliyallahu 'Anhu.
166. Aus bin Khauli bin Abdullah Radliyallaahu 'Anhu.
167. Zaid bin Wadi’ah bin Amru Radliyallaahu 'Anhu.
168. ‘Uqbah bin Wahab bin Kaladah Radliyallaahu 'Anhu.
169. Rifa’ah bin Amru bin Amru bin Zaid Radliyallaahu 'Anhu.
170. Amir bin Salamah Radliyallaahu 'Anhu.
171. Abu Khamishah Ma’bad bin Ubbad Radliyallaahu 'Anhu.
172. Amir bin al-Bukair Radliyallaahu 'Anhu.
173. Naufal bin Abdullah bin Nadhlah Radliyallaahu 'Anhu.
174. ‘Utban bin Malik bin Amru bin al-Ajlan Radliyallaahu 'Anhu.
175. ‘Ubadah bin al-Somit Radliyallaahu 'Anhu.
176. Aus bin al-Somit Radliyallaahu 'Anhu.
177. Al-Nu’man bin Malik bin Tha’labah Radliyallaahu 'Anhu.
178. Thabit bin Huzal bin Amru bin Qarbus Radliyallaahu 'Anhu.
179. Malik bin Dukhsyum bin Mirdhakhah Radliyallaahu 'Anhu.
180. Al-Rabi’ bin Iyas bin Amru bin Ghanam Radliyallaahu 'Anhu.
181. Waraqah bin Iyas bin Ghanam Radliyallaahu 'Anhu.
182. Amru bin Iyas Radliyallaahu 'Anhu.
183. Al-Mujazzar bin Ziyad bin Amru Radliyallaahu 'Anhu.
184. ‘Ubadah bin al-Khasykhasy Radliyallaahu 'Anhu.
185. Nahhab bin Tha’labah bin Khazamah Radliyallaahu 'Anhu.
186. Abdullah bin Tha’labah bin Khazamah Radliyallaahu 'Anhu.
187. Utbah bin Rabi’ah bin Khalid Radliyallaahu 'Anhu.
188. Abu Dujanah Sima’ bin Kharasyah Radliyallaahu 'Anhu.
189. Al-Munzir bin Amru bin Khunais Radliyallaahu 'Anhu.
190. Abu Usaid bin Malik bin Rabi’ah Radliyallaahu 'Anhu.
191. Malik bin Mas’ud bin al-Badan Radliyallaahu 'Anhu.
192. Abu Rabbihi bin Haqqi bin Aus Radliyallaahu 'Anhu.
193. Ka’ab bin Humar al-Juhani Radliyallaahu 'Anhu.
194. Dhamrah bin Amru Radliyallaahu 'Anhu.
195. Ziyad bin Amru Radliyallaahu 'Anhu.
196. Basbas bin Amru Radliyallaahu 'Anhu.
197. Abdullah bin Amir al-Ba’lawi Radliyallaahu 'Anhu.
198. Khirasy bin al-Shimmah bin Amru Radliyallaahu 'Anhu.
199. Al-Hubab bin al-Munzir bin al-Jamuh Radliyallaahu 'Anhu.
200. Umair bin al-Humam bin al-Jamuh Radliyallaahu 'Anhu.
201. Tamim (maula Khirasy bin al-Shimmah) Radliyallaahu 'Anhu.
202. Abdullah bin Amru bin Haram Radliyallaahu 'Anhu.
203. Muaz bin Amru bin al-Jamuh Radliyallaahu 'Anhu.
204. Mu’awwiz bin Amru bin al-Jamuh Radliyallaahu 'Anhu.
205. Khallad bin Amru bin al-Jamuh Radliyallaahu 'Anhu.
206. ‘Uqbah bin Amir bin Nabi bin Zaid Radliyallaahu 'Anhu.
207. Hubaib bin Aswad Radliyallaahu 'Anhu.
208. Thabit bin al-Jiz’i Radliyallaahu 'Anhu.
209. Umair bin al-Harith bin Labdah Radliyallaahu 'Anhu.
210. Basyir bin al-Barra’ bin Ma’mur Radliyallaahu 'Anhu.
211. Al-Tufail bin al-Nu’man bin Khansa’ Radliyallaahu 'Anhu.
212. Sinan bin Saifi bin Sakhr bin Khansa’ Radliyallaahu 'Anhu.
213. Abdullah bin al-Jaddi bin Qais Radliyallaahu 'Anhu.
214. Atabah bin Abdullah bin Sakhr Radliyallaahu 'Anhu.
215. Jabbar bin Umaiyah bin Sakhr Radliyallaahu 'Anhu.
216. Kharijah bin Humayyir al-Asyja’i Radliyallaahu 'Anhu.
217. Abdullah bin Humayyir al-Asyja’i Radliyallaahu 'Anhu.
218. Yazid bin al-Munzir bin Sahr Radliyallaahu 'Anhu.
219. Ma’qil bin al-Munzir bin Sahr Radliyallaahu 'Anhu.
220. Abdullah bin al-Nu’man bin Baldumah Radliyallaahu 'Anhu.
221. Al-Dhahlak bin Harithah bin Zaid Radliyallaahu 'Anhu.
222. Sawad bin Razni bin Zaid Radliyallaahu 'Anhu.
223. Ma’bad bin Qais bin Sakhr bin Haram Radliyallaahu 'Anhu.
224. Abdullah bin Qais bin Sakhr bin Haram Radliyallaahu 'Anhu.
225. Abdullah bin Abdi Manaf Radliyallaahu 'Anhu.
226. Jabir bin Abdullah bin Riab Radliyallaahu 'Anhu.
227. Khulaidah bin Qais bin al-Nu’man Radliyallaahu 'Anhu.
228. An-Nu’man bin Yasar Radliyallaahu 'Anhu.
229. Abu al-Munzir Yazid bin Amir Radliyallaahu 'Anhu.
230. Qutbah bin Amir bin Hadidah Radliyallaahu 'Anhu.
231. Sulaim bin Amru bin Hadidah Radliyallaahu 'Anhu.
232. Antarah (maula Qutbah bin Amir) Radliyallaahu 'Anhu.
233. Abbas bin Amir bin Adi Radliyallaahu 'Anhu.
234. Abul Yasar Ka’ab bin Amru bin Abbad Radliyallaahu 'Anhu.
235. Sahl bin Qais bin Abi Ka’ab bin al-Qais Radliyallaahu 'Anhu.
236. Amru bin Talqi bin Zaid bin Umaiyah Radliyallaahu 'Anhu.
237. Muaz bin Jabal bin Amru bin Aus Radliyallaahu 'Anhu.
238. Qais bin Mihshan bin Khalid Radliyallaahu 'Anhu.
239. Abu Khalid al-Harith bin Qais bin Khalid Radliyallaahu 'Anhu.
240. Jubair bin Iyas bin Khalid Radliyallaahu 'Anhu.
241. Abu Ubadah Sa’ad bin Uthman Radliyallaahu 'Anhu.
242. ‘Uqbah bin Uthman bin Khaladah Radliyallaahu 'Anhu.
243. Ubadah bin Qais bin Amir bin Khalid Radliyallaahu 'Anhu.
244. As’ad bin Yazid bin al-Fakih Radliyallahu 'Anhu.
245. Al-Fakih bin Bisyr Radliyallaahu 'Anhu.
246. Zakwan bin Abdu Qais bin Khaladah Radliyallaahu 'Anhu.
247. Muaz bin Ma’ish bin Qais bin Khaladah Radliyallaahu 'Anhu.
248. Aiz bin Ma’ish bin Qais bin Khaladah Radliyallaahu 'Anhu.
249. Mas’ud bin Qais bin Khaladah Radliyallaahu 'Anhu.
250. Rifa’ah bin Rafi’ bin al-Ajalan Radliyallaahu 'Anhu.
251. Khallad bin Rafi’ bin al-Ajalan Radliyallaahu 'Anhu.
252. Ubaid bin Yazid bin Amir bin al-Ajalan Radliyallaahu 'Anhu.
253. Ziyad bin Lubaid bin Tha’labah Radliyallaahu 'Anhu.
254. Khalid bin Qais bin al-Ajalan Radliyallaahu 'Anhu.
255. Rujailah bin Tha’labah bin Khalid Radliyallaahu 'Anhu.
256. Atiyyah bin Nuwairah bin Amir Radliyallaahu 'Anhu.
257. Khalifah bin Adi bin Amru Radliyallaahu 'Anhu.
258. Rafi’ bin al-Mu’alla bin Luzan Radliyallaahu 'Anhu.
259. Abu Ayyub bin Khalid al-Ansari Radliyallaahu 'Anhu.
260. Thabit bin Khalid bin al-Nu’man Radliyallaahu 'Anhu.
261. ‘Umarah bin Hazmi bin Zaid Radliyallaahu 'Anhu.
262. Suraqah bin Ka’ab bin Abdul Uzza Radliyallaahu 'Anhu.
263. Suhail bin Rafi’ bin Abi Amru Radliyallaahu 'Anhu.
264. Adi bin Abi al-Zaghba’ al-Juhani Radliyallaahu 'Anhu.
265. Mas’ud bin Aus bin Zaid Radliyallaahu 'Anhu.
266. Abu Khuzaimah bin Aus bin Zaid Radliyallaahu 'Anhu.
267. Rafi’ bin al-Harith bin Sawad bin Zaid Radliyallaahu 'Anhu.
268. Auf bin al-Harith bin Rifa’ah Radliyallaahu 'Anhu.
269. Mu’awwaz bin al-Harith bin Rifa’ah Radliyallaahu 'Anhu.
270. Muaz bin al-Harith bin Rifa’ah Radliyallaahu 'Anhu.
271. An-Nu’man bin Amru bin Rifa’ah Radliyallaahu 'Anhu.
272. Abdullah bin Qais bin Khalid Radliyallaahu 'Anhu.
273. Wadi’ah bin Amru al-Juhani Radliyallaahu 'Anhu.
274. Ishmah al-Asyja’i Radliyallaahu 'Anhu.
275. Thabit bin Amru bin Zaid bin Adi Radliyallaahu 'Anhu.
276. Sahl bin ‘Atik bin al-Nu’man Radliyallaahu 'Anhu.
277. Tha’labah bin Amru bin Mihshan Radliyallaahu 'Anhu.
278. Al-Harith bin al-Shimmah bin Amru Radliyallaahu 'Anhu.
279. Ubai bin Ka’ab bin Qais Radliyallaahu 'Anhu.
280. Anas bin Muaz bin Anas bin Qais Radliyallaahu 'Anhu.
281. Aus bin Thabit bin al-Munzir bin Haram Radliyallaahu 'Anhu.
282. Abu Syeikh bin Ubai bin Thabit Radliyallaahu 'Anhu.
283. Abu Tolhah bin Zaid bin Sahl Radliyallaahu 'Anhu.
284. Abu Syeikh Ubai bin Thabit Radliyallaahu 'Anhu.
285. Harithah bin Suraqah bin al-Harith Radliyallaahu 'Anhu.
286. Amru bin Tha’labah bin Wahb bin Adi Radliyallaahu 'Anhu.
287. Salit bin Qais bin Amru bin ‘Atik Radliyallaahu 'Anhu.
288. Abu Salit bin Usairah bin Amru Radliyallaahu 'Anhu.
289. Thabit bin Khansa’ bin Amru bin Malik Radliyallaahu 'Anhu.
290. Amir bin Umaiyyah bin Zaid Radliyallaahu 'Anhu.
291. Muhriz bin Amir bin Malik Radliyallaahu 'Anhu.
292. Sawad bin Ghaziyyah Radliyallaahu 'Anhu.
293. Abu Zaid Qais bin Sakan Radliyallaahu 'Anhu.
294. Abul A’war bin al-Harith bin Zalim Radliyallaahu 'Anhu.
295. Sulaim bin Milhan Radliyallaahu 'Anhu.
296. Haram bin Milhan Radliyallaahu 'Anhu.
297. Qais bin Abi Sha’sha’ah Radliyallaahu 'Anhu.
298. Abdullah bin Ka’ab bin Amru Radliyallaahu 'Anhu.
299. ‘Ishmah al-Asadi Radliyallaahu 'Anhu.
300. Abu Daud Umair bin Amir bin Malik Radliyallaahu 'Anhu.
301. Suraqah bin Amru bin ‘Atiyyah Radliyallaahu 'Anhu.
302. Qais bin Mukhallad bin Tha’labah Radliyallaahu 'Anhu.
303. Al-Nu’man bin Abdi Amru bin Mas’ud Radliyallaahu 'Anhu.
304. Al-Dhahhak bin Abdi Amru Radliyallaahu 'Anhu.
305. Sulaim bin al-Harith bin Tha’labah Radliyallaahu 'Anhu.
306. Jabir bin Khalid bin Mas’ud Radliyallaahu 'Anhu.
307. Sa’ad bin Suhail bin Abdul Asyhal Radliyallaahu 'Anhu.
308. Ka’ab bin Zaid bin Qais Radliyallaahu 'Anhu.
309. Bujir bin Abi Bujir al-Abbasi Radliyallaahu 'Anhu.
310. ‘Itban bin Malik bin Amru al-Ajalan Radliyallaahu 'Anhu.
311. ‘Ismah bin al-Hushain bin Wabarah Radliyallaahu 'Anhu.
312. Hilal bin al-Mu’alla al-Khazraj Radliyallaahu 'Anhu.
313. Oleh bin Syuqrat Radliyallaahu 'Anhu.

Wallaahu A'lam

Sumber : Kitab Aslul Qadr/asma badar karya Al 'allamah Syaikh Abuya Dimyati Bin Syaikh Amin Al-Bantani
______________
Nb : 
Anjuran dan khasiat membaca  Asma badar ini sebagai mana kata Abuya Dhimyati disebahagian baitnya ;

فعليكم ليلا نهارا سيعا * عند انضياق الصدر و استيفا الوطر

"Maka lazimkanlah oleh kalian (untuk membaca Ashlu al-Qadar) di waktu siang dan malam 

terlebih lagi ketika dalam keadaan sempit jiwa dan banyaknya permohonan."

فبذكرهم حفظ و قهر للعدا * وولاية للاوليا وصف الكدر

"Siapa saja yang membaca nama mereka (Ahli Badar) maka akan ada penjagaan untuknya 

Akan dibuat perkasa di hadapan musuhnya, diangkat menjadi wali Allah di suatu wilayah, dan dihilangkan kesulitannya."

دفع القضا رفع البلا وشف المريـ * ــض و حملهم نصر و نيل المفتخر

"Dapat menolak takdir buruk, menjauhkan musibah, menyembuhkan penyakit 
dan bagi yang membawa nama-nama mereka (dalam bentuk tertulis) akan selalu mendapat pertolongan dan memperoleh kemuliaan."

Link kitab : 

https://archive.org/details/maktabahtahmilkutub_yopmail_20151023_0132