بسم الله الرحمن الرحيم
Abdulloh Faizin
Mulai kapan Nabi memakai celana cingkrang? mulai kapan memaknai izar itu celana ? bukankah izar itu adalah sarung atau sejenisnya. yang jelas bukan celana. Lalu mereka maknai izar sebagai celana, ini sumbernya dari mana ? ini yang merubah siapa? perubahan dari dari izar menjadi celana itu kesalahan fatal ! Teks Agama kok dirubah rubah ! dan diada adakan, bukankah sesuatu yang diadakan itu bidah ? seperti tuduhan mereka sendiri kepada sesama ? inilah yang saya maksud " gething semanding alok kepelok". ini sangat bahaya dan harus di cerahkan supaya ummat tidak ikut ikutan lalu terjerumus dalam kesesatan ini hanya mengingatkan supaya tidak asal mewajibkan, semua sudah ada aturan dan aturan itu melalui kajian yang benar benar bisa dipertanggung jawabkan.
Meme hijrah khilafer salafis, terutama celana cingkrang dan sejenisnya tumbuh seperti sepora setelah hujan. Lalu sepora meme itu dipotong potong dari illat dan ilaqah dasar yang sesungguhnya. kemudian dengan mudah disebarkan dan dilemparkan keranah publik tanpa ragu atas dasar penyeru Sunnah, namun miskin kajian. Dari fenomena itulah pantas dikatakan dakwah yang copy paste melalui empat penjuru mata angin dan Mereka dengan bangga tanpa malu malu ngepost di Facebook, story wa instgram dan kreasi pemahaman video tiktok, YouTube dengan merasa sudah mewakili Nabi.
Kedangkalan memaknai apalagi menafsiri hadist sudah terlalu kentara. justifikasi negatif kepada objek dakwah sangat kaku dengan hanya cap halal dan haram saja. Sempitnya memandang syariat terlihat jelas karena kurangnya belajar diikuti dengan membaca terjemahan menjadi pemicu utama kekakuan mereka. Mulai dari ustadnya da,inya sampai pada pengikutnya tidak segan segan menyatakan "Semoga anda dapat hidayah" anda telah menyelisih Sunnah dan lain sebagainya. ini sebenarnya kata-kata yang baik namun salah tempat karena diucapkan orang merasa benar dan yang lain salah.
perlu dipahami bahwa terutama persoalan isybal dan celana cingkrang itu butuh kajian bukan tuduhan, ada porsi menggunakan hadist dengan cara proporsional dan profesional bukan asal bicara asal menulis menjadi meme yang seakan akan telah mewakili dakwah Islam, padahal masih musytarak yang dalam kaidah masih perlu penjelasan dari para Ulama ahli hadist dan ulama Mujtahid yang benar benar mampu. Bukan dari teks terjemah lalu di otak utik sendri dengan tendensius dan emosional tanpa kejelasan pemahaman utuh. ini bahaya bagi umat dan masyarakat Islam pada umunya karena informasi salah dari cara dakwah instan dan salah. ini haruslah di luruskan supaya Agama lebih terhormat.
Mari kita kaji keberadaan hadis dengan tanpa memutilasi hadis lain biasanya yang digunakan mereka mengharamkan isybal dengan hadis umum ini saja.
مَا أَسْفَلَ مِنَ الْكَعْبَيْنِ مِنَ الإِزَارِ فَفِى النَّارِ (رواه البخاري رقم 5787)
“Pakaian yang dibawah mata kaki maka ada di neraka” (HR Bukhari No 5787)
Perlu di pahami ada banyak hadist lain yang mentahsis atau membatasi keumuman hadist diatas lebih banyak, perhatikan contoh hadis agar faham !
لاَ يَنْظُرُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلَى مَنْ جَرَّ إِزَارَهُ بَطَرًا (رواه البخاري رقم 5451 ) لاَ يَنْظُرُ اللهُ إِلَى مَنْ جَرَّ ثَوْبَهُ خُيَلاَءَ (رواه مسلم رقم 2085)
“Allah tidak akan melihat seseorang di hari kiamat yang memanjangkan pakaiannya (Isbal) secara sombong” (HR Bukhari No 5451 dan Muslim No 2085).
Ketika Rasulullah bersabda demikian, kemudian Abu Bakar bertanya:
فَقَالَ أَبُوْ بَكْرٍ إِنَّ أَحَدَ شِقَّيْ ثَوْبِي يَسْتَرْخِي إِلاَّ أَنْ أَتَعَاهَدَ ذَلِكَ مِنْهُ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ g إِنَّكَ لَنْ تَصْنَعَ ذَلِكَ خُيَلاَءَ (رواه البخاري رقم 3465)
“Sesungguhnya salah satu sisi pakaian saya memanjang ke bawah kecuali kalau saya menjaganya? Rasulullah saw menjawab: “Kamu melakukan itu tidak karena sombong” (HR Bukhari No 3465).
Ini artinya bahwa persoalan haram itu bisa jadi karena karakter kesombongannya, kalau tidak sombong menurut Habib Toha baaqil hanya makruh saja. ini ada asbabul wurudnya, karena saat itu orang orang kaya dan pembesar kerajaan sering menggunakan pakaian berjuntai dan ia merasa besar dan sombong. Lihat bagaimana curhatan Sayyidina Abu Bakar diatas tentang kesesuaian dengan tubuhnya, dan apa jawaban Nabi ? kamu boleh karena tidak sombong . Inilah maqasidus syar,iyyah. tujuan syariat yang benar sesuai pemahaman Ulama bukan karena hasil otak kita sendiri.
Jadi hati hati dengan meme nyasar ke wall dan hp kita jadilah kita orang cerdas jangan asal terima lalu di share kembali kalau belum jelas. Agar kita tidak menjadi estafed ketidak jelasan memahami Agama dan lebih berat lagi mempertanggungkan ya dosa kesalahan nge-share kita di hadapan Allah nanti. Belajarlah kepada para Guru Guru Masyayih kita yang di pesantren atau alumni pesantren yang paham kitab dan kompleksitas jawaban, selain sanadnya jelas riwayatnya jelas tidak sesat. jangan hanya belajar dari meme yang hanya mengajarkan menuduh sesama.
Penulis
Ketua Yayasan
PP. AL Balagh Bulutigo laren Lamongan Jawa Timur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar