بسم الله الرحمن الرحيم
_______
Maraknya ustadz-ustadz salafi wahabi dan ustadz2 Sunnah yg mengklaim kembali langsung kepada kepada Alquran dan sunnah diindonesia, yang dengan menggunakan nama Ahlussunnah atau Ahlussunnah waljamaah (Sejatinya mereka adalah Wahabi, salafi wahabi). Yg tanpa berdasar sengaja mengharamkan, membid'ahkan, mengkafirkan, yg lambat laun akan menghalalkan darah. admin sedikit mengutip bagaimana Peran Ulama2 sebelumnya dalam meng counter Bahayanya ajaran ini,
Kajian kitab mengenai kesesatan kaum Wahabi (Salafi saat ini diindonesia) yang dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab (1701-1793 M) tidak sedikit ulama yang telah membahasnya, Salah satu ulama yang menaruh perhatian akan bahayanya ajaran tersebut adalah Syaikhuna KH. Tubagus Ahmad Bakri bin KH. Tb. Sayida atau yang akrab dipanggil Mama Sempur (1839-1975 M)
Beliau, membagi pembahasan kitabnya dalam delapan pasal, terkadang beliau menggunakan bahasa Arab, terkadang pula menggunakan pegon bahasa Sunda.
• Pasal pertama, menjelaskan hadits-hadits tentang prediksi Nabi bahwa kelak akan ada seseorang dari umat Nabi Muhammad yang memporak-porandakan agama Islam.
Tidak lain orang itu adalah Muhammad bin Abdul Wahab At-Tamimi An-Najdi.
• Pasal kedua, menjelaskan urgensinya berpegang teguh kepada kelompok Ahlussunnah wal Jama’ah, yakni dalam ihwal bolehnya ziarah kubur serta tawasul kepada Nabi, Sahabat dan ulama-ulama salafush-shalih.
Muallif juga menghadirkan dalil-dalil yang kredibel atas kebolehannya.
Berbeda dengan kepercayaan golongan “minhum” (Salafi Wahabi) mereka menyatakan bahwa ritual ziarah dan tawasul merupakan kegiatan bid’ah yang tidak pernah ada sejak zaman Nabi.
• Pasal ketiga, menjelaskan tentang gerakan takfiri (tuduhan kafir) kaum Wahabi yang disponsori oleh Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman bin Ali bin Tamim. Mereka melancarkan gerakan takfiri-nya kepada sesama Muslim yang melakukan tawasul,
• Pasal keempat, Mama Sempur menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan tawasul. Di sini beliau membeberkan hal-hal yang terkait dengan tawasul yang telah dijalankan oleh ulama-ulama madzhab empat. Bagaimana para Sahabat di masa Rosululloh hidup mereka saling berlomba-lomba mengharap dan mendapatkan barokah dari Rosululloh.
• Pasal kelima dan keenam, menjelaskan tentang bagaimana cara mendapakan Ilmun-Nafi’ (ilmu yang bermanfaat) dan hukum diwajibkannya laki-laki dan perempuan untuk mengikuti سِوَادُ اْلأَعْظَمْ, di sini Mama Sempur menyebut siwadul-a’zhom adalah madzhab empat (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali) karena keempat madzhab ini merupakan golongan madzhab yang terbanyak pengikutnya.
• Pasal ketujuh adalah pasal yang menjelaskan tentang hadis Nabi Saw yang melarang berteman atau mengikuti seseorang yang membenci kepada para Sahabat dan keturunan Rosululloh.
• Pasal terakhir, Mama Sempur menjelaskan secara singkat atas ketidak sepemahaman beliau dengan Tuan Ahmad bin Muhammad Surkati (1875-1943 M), pendiri Jam’iyah Al-Irsyad. Mama menganggap Ahmad Surkati ini kontroversi terhadap kalangan Ahlusunnah Waljamaah.
Terlepas dari semua itu, Mama Sempur turut mengingatkan kepada kita semua untuk senantiasa berpegang teguh pada golongan Ahlussunnah Waljamaah serta tidak saling merendahkan sesama muslim yang berbeda pandangan dengan kita, tetap menaruh sikap toleran dan tidak menyimpan rasa hasud (iri dengki) terhadap muslim lainnya.
_____
روى ابن عساكر عن مالك “لاَ تَحْمِلِ اْلعِلْمَ عَنْ اَهْلِ اْلبِدَعِ وَلَا تَحْمِلْهُ عَمَّنْ لَمْ يُعْرَفْ بِالطَّلَبِ وَلَا عَمَّنْ يَكْذِبُ فِيْ حَدِيْثِ النَّاسِ وَاِنْ كَانَ فِي حَدِيْثِ رَسُوْلِ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَكْذِبُ”.
Ibnu ‘Asakir meriwayatkan dari Imam Malik: “Janganlah mengambil ilmu dari orang yang suka membid’ahkan, jangan pula dari orang yang belum diketahui dari mana ia mendapatkan ilmu tersebut, juga dari orang yang suka berdusta kepada orang banyak meskipun ia benar dalam menyampaikan hadits-hadits Rosululloh”
Sumber : Dari berbagai sumber,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar